3 Tulisan Terbaik Lomba Menulis dalam Milad KAMMI UIN SUKA ke-23
#1 Fasilitas di Gerbong Kereta
Rezal Prihatin
FISIKA 2019-PERAHU-STAFF MI 22/23
Pertemuan saya dengan komunitas -meski banyak kader KAMMI menyebutnya
sebagai “kesatuan”- ini adalah satu
hal yang biasa saja. Sepertinya umumnya alumni sekolah IT (Islam Terpadu) saya
mengenal banyak teman KAMMI bahkan sebelum bergabung
di dalamnya. Secara kultural. Mungkin
karena kesamaan cara pandang
yang telah ditanamkan guru kami semasa SMA dulu atau alasan lain yang lebih unik. Kesamaan cara berpakaian. Meski
tidak semua, banyak kader KAMMI yang mudah dikenali dengan cara berpakaiannya yang nampak seperti “akhi atau ukhti”. Pengertian pakaian seperti “akhi atau ukhti” ini sebenarnya juga tidak memiliki
definisi spesifik.
Setelah
beberapa kali menolak ajakan
bergabung, akhirnya saya memutuskan
untuk mengikuti DM (Daurah Marhalah) 1 saat usia perkuliahan saya memasuki semester
keempat. Terhitung terlambat
untuk mereka yang disebut
militan. Itupun saya bergabung melalui DM 1 kampus sebelah yang dilaksanakan secara
daring dengan biaya
pendaftaran yang 4 kali lebih murah daripada
biasanya -karena memang tidak ada konsumsi dan lain-lain. Lebih praktis dan ekonomis, pikir saya ketika itu. Baiklah,
mari kita coba.
Layaknya
seorang penumpang yang menaiki gerbong kereta, saya tentu berharap mendapatkan
fasilitias ini dan itu saat bergabung dalam komunitas ini. Untuk kemudian
menemani perjalanan saya selama masa studi di UIN Sunan Kalijaga. Saya berharap mendapat
teman diskusi yang aktif dalam komunitas ini. Dalam berbagai bidang tentu saja, sains-islam, sejarah-islam dan pemikiran islam. Pada bidang
politik, saya tidak berharap
banyak. Saya tidak ingin terjun dan mendalami dunia politik yang mungkin
menjadi tujuan kawan lain ketika
bergabung dengan komunitas ini. Saya berharap, setidaknya KAMMI akan memberikan saya kacamata untuk ikut
menikmati politik kampus
yang terlanjur “lucu”
di mata saya.
Namun, jauh panggang dari api. Layaknya seorang penumpang yang menaiki gerbong kereta, saya tidak melihat fasilitas yang saya cari disediakan di gerbong itu. Suasana diskusi hangat yang saya cari, entah mengapa tidak saya temukan ketika itu. Mungkin masa itu sudah terlewat, atau sebaliknya, sedang dibangun. Atau saya yang kurang mendalami komunitas ini, orang-orang yang saya temui adalah mereka yang sama-sama masih baru dengan harapan yang bermacam-macam. Atau mungkin saya yang telah salah memilih komunitas, saya masuk ke gerbong yang salah. Berbagai opsi penyesalan muncul di benak saya. Bahasa yang rasanya cukup berlebihan memang. Namun benar, saya memikirkan kemungkinan- kemungkinan itu. Meski tidak sepanjang hari.
Namun seiring
berjalan waktu, dengan banyak hal yang terlewati, saya banyak belajar.
Dan mulai mendapat pemahaman baru, bahwa harapan bukan hanya
sesuatu yang dicari.
Lebih luas dari itu, harapan
adalah nilai yang senantiasa dipegang dan dituju. Saya bukanlah
penumpang yang hanya naik gerbong kereta
dan berharap akan disuguhi fasilitas ini dan itu. Saya adalah penumpang yang
diberi akses untuk ikut menambahkan
fasilitas sesuai yang saya harapkan. Nilai yang telah saya pegang dan tuju.
Tentu saja tanpa melampaui
batas-batas yang telah digariskan. Dengan memanfaatkan apa-apa yang sudah ada
di dalam gerbong.
Diskusi
aktif mengenai sains-islam, sejarah-islam, pemikiran islam dan buku -yang
terakhir ini baru saya tambahkan
karena dulu ketika masuk KAMMI saya belum gemar membaca- adalah sesuatu yang
saya perlu upayakan bersama kawan-kawan lain di dalam komunitas ini. Ketidakterlibatan dalam
politik adalah satu harapan yang sulit terwujud menurut saya. Karena memang masyarakat, baik kampus maupun
umum menuntut untuk terjun di
dalamnya. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Keterlibatan dalam struktur adalah satu keharusan menurut saya. Karena
mau bagaimanapun, DM 1 telah saya ikuti dengan penuh kesadaran. Saya sudah memulainya, maka seperti banyak
kata orang, saya harus menyelesaikannya juga. Lebih luas dari itu, keberadaan di dalam struktur
akan mempermudah saya untuk mengupayakan apa-apa yang telah saya harapkan
sebelumnya.
Hingga akhirnya gerbong yang saya naiki memiliki fasilitas seperti yang saya harapakan, meski memang tidak sehebat yang saya bayangkan dulu. Masih berproses, tentu saja. Saya tidak sebegitu menjiwai KAMMI, layaknya mereka mengungkapkan “Selamat Milad Kesatuanku”. “Selamat Milad KAMMI UIN SUKA”. Semoga Allah senantiasa menuntun jalan kita dan meneguhkan kita di jalan cinta para pejuang ini.
#2 Aku dan KAMMI
Salma Hakim
P. MATEMATIKA 2019-SEJUTA-STAFF BPO 22/23
Adanya
perubahan dikarenakan kita mau menjalankan sistem yang kita buat. Terkadang orang melupakan lingkungan sebagai katalisator penggerak
sistem yang telah dibuat, dan KAMMI menjadi
lingkungan yang aku pilih.
Terbiasa
di lingkungan yang homogen sedari kecil, aku agak terkejut dengan lingkungan yang kampus tawarkan. Mahasiswa di kampus
bebas memilih mau berteman dengan siapa bagaimana
kapan, bebas mendefinisikan baik dan benar menurutnya, dan bebas melakukan atau mencoret
perintah agama semaunya.
Melihat
teman-temanku, aku jadi berpikir apa harusnya aku pakai baju kayak gitu, apa harusnya
aku membaur dengan teman-temanku seperti
itu, atau apakah aku terlalu
kaku menjalankan perintah-Nya?
Untungnya saat itu aku ada di asrama. Bertemu teman-teman yang punya pemikiran dan pertanyaan yang sama sekaligus
mendapatkan pencerahan di mana jawaban
yang bisa kami dapatkan.
Beberapa
saat setelah itu aku putuskan untuk bergabung di KAMMI bersama dengan teman temanku. Salah satu pertimbangan yang menguatkanku untuk menjadi bagian dari KAMMI adalah mereka anak KAMMI selalu
bicara dakwah, baik dari segi tarbiyah maupun
siyasah. Memberikan ketenangan bagiku, bahwa masih ada orang yang
mendahulukan sholat, menjaga pergaulan, dan memiliki cita cita untuk umat dengan tanpa menyampingkan produktifitas diri.
Banyak
selentingan orang orang yang mengatakan jika kamu masuk KAMMI, kamu tidak akan jadi apapun. Kamu tidak akan dapat
jabatan di kampus. Sia dia waktumu nanti. Tapi ada hal yang lebih menarik di KAMMI dari pada sekedar
jabatan di kampus menurutku, yaitu bagaimana kita berjuang
yang terbaik.
Waktu pertama kali Daurah Marhalah, pernah suatu ketika dibacakan Kredo gerakan KAMMI. Ada satu kalimat didalamnya yang seolah memanggilku, "Kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis terhadap kebatilan, politisi yang piawai mengalahkan muslihat musuh dan yang piawai dalam memperjuangkan kepentingan umat, seorang pejuang di siang hari dan rahib di malam hari, pemimpin yang bermoral, teguh pada prinsip dan mampu mentransformasikan masyarakat, guru yang mampu memberikan kepahaman dan teladan, sahabat yang tulus dan penuh kasih sayang, relawan yang mampu memecahkan masalah sosial, warga yang ramah kepada masyarakatnya dan responsif terhadap masalah mereka, manajer yang efektif dan efisien, panglima yang gagah berani dan pintar bersiasat, prajurit yang setia, diplomat yang terampil berdialog, piawai berwacana, luas pergaulannya, percaya diri yang tinggi, semangat yang berkobar tinggi."
Aku
tidak mungkin dapat menjadi semua hal. Ilmuan yang tajam analisisnya sekaligus menjadi panglima yang gagah berani dan
pintar bersiasat. Sama halnya dengan aku yang tidak bisa menjadi politisi yang piawai mengalahkan mengalahkan
muslihat musuh sekaligus guru yang
mampu memberikan kepahaman dan teladan. Tapi bersama kita dapat menjadi pionir pionir itu.
Kalimat
Kredo itu masih melekat di pikiranku, menjadi bahan bakar dalam semangat berjuang. Aku sendiri mulai berfikir
bagaimana agar aku dapat membentuk sistemku sendiri agar dapat menjadi yang terbaik di bidangku, ketika orang-orang
masih berpikir tentang apa yang akan
ia kenakan besok atau kemana dia mau pergi jalan jalan. Sudah saatnya kita
berpikir tentang apa yang bisa kita
lakukan baik di dalam organisasi ini, di dalam jalan dakwah ini, dan di dalam diri kita sendiri.
Waktu
berjalan begitu cepat, aku percaya bahwa Allah tak pernah salah memilih pundak untuk dititipi sebuah amanah. Beberapa
kali aku mendapatkan tawaran memegangnya, tapi
idealisme dan prinsipku berkata aku belum cukup dan belum pantas
membawanya. Sistem yang aku buat adalah untuk belajar
dan mengajar. Syukurlah yang lain paham dengan itu.
Sebuah bangunan yang pondasinya tidak sempurna, seiring waktu akan tubuh dengan sendirinya. Bagiku, dengan membuat sistem diri terlebih dahulu, organisasi akan jalan dengan lebih terstruktur. Terlebih, KAMMI dengan pemahaman anggotanya yang cukup tinggi tentang agama dapat menjadi semangat tersendiri. Karena kita akan memiliki alasan berbuat bukan hanya untuk dunia, melainkan juga akhirat.
#3 Aku BERKAMMI kepada Masyarakat
Ahmad Mujaddin Alfaini
PSIKOLOGI 2020-AKSATA-STAFF MI 22/23
Abad pertengahan Eropa terjadi sebuah kejadian dimana para pemikir Eropa menjadi masa di mana orang-orang terjadi penyimpangan sosial di mana ada kelas-kelas terjadi di sana dan ketimpangan sosial terjadi di sana seperti bagaimana terjadi teo-sentris antara gereja, kaum borjuis, dan proletar terjadi di sana. Kemudian dengan kejadian itu orang-orang terjadi pembunuhan kepada orang-orang yang tidak waras, perbedaan kelas, wanita direndahkan dalamorganisasi masyarakat, perbudakan warna kulit, dan sebagainya terjadi di sana. Muncullah orang-orang pemikir di zaman itu untuk melawan otoritas gereja yang ada. Dalam perjalanannya, Eropa mengalami pergolakan dan konflik, dengan pecahnya Revolusi Industri di Inggris (1688), disusul Revolusi Prancis (1789), dan munculnya norma-norma pemikiran, agama, etika, kepercayaan, dan kebebasan yang absolut terlihat. Pers dan kebebasan membawa politik. Pada akhirnya, prinsip-prinsip Revolusi Prancis dipandang yang mengakibatkan penghapusan hak-hak ketuhanan dan semua otoritas yang berasal dari ketuhanan. Hapus agama dari kehidupan publik dan personalisasikan. Juga, kekristenan dan gereja harus dihindari agar tidak menjadi lembaga hukum dan sosial. dalam kejadian itu ada pergerakan dari tokoh filsuf untuk melawan hukum tuhan dan menghilangkan teosentris yang dibuat dengan perubahan sekularisasi dengan memisahkan antara aturan tuhan (theo-sentrisme) dengan mengubahnya dengan hukuman manusia (humansetrisme) . Di Masa itu terjadilah masa pencerahan (Enlightenment), di masa ini muncul ide-ide modern yang buara akal/rasionalisme sebagai pengkultusan dan pembebasan akal dari kebelengguan akal akibat teosentris itu dan tokoh inisiatif itu terjadi dilakukan oleh seorang tokoh bernama Immanuel Kant.
Dia (Immanuel Kant) dengan hasil pemikirannya membuat beberapa ajaran yang dibuat hasil pemikiran yaitu seperti menghilangkan metafisika sebagai suatu ilmu tentang batas-batas pemikiran manusia dengan menggunakan rasionalisme dan empirisme dipersatukan menjadi suatu sintesis baru. Sintetisme ini merupakan titik pangkal suatu periode ini disebut idealisme. Menggunakan panca indera, akal budi, rasio, sampai sekarang bertemu dengan disebut dengan empirisme sebagai pengalaman inderawi. Dengan menggabungkan itu antara pengalaman inderawi dan keaktifan akal budi ini mendapatkan a-posteriori dan a-priori. Sehingga dengan memperlihatkannya bahwa pengetahuan selalu sebuah sintesis. Demikian bahwa positivis memenolak metafisis karena tidak nampak dan tidak terukur. Maka kemudian menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan. Dengan berjalannya waktu, aliran positivisme bermutasi dan diperbarui menjadi neo-positivisme. Terdapatlah ilmu baru tentang kosmologi, psikologi, dan lain-lainnya yang berasal dari saintisme. Setelah itu muncullah beberapa filsuf-filsuf terkemuka dalam bidang-bidang yang lain seperti Karl Marx, Descartes, Spinoza, Hegel, John Locke, Auguste Comte, dll. Dengan munculnya ideologi-ideologi yang baru, maka terciptalah sebuah ide yang baru untuk memperoleh kekuasaan seperti terjadi perang dunia satu dan perang dunia kedua yang memunculkan perebutan kekuasan dan membuat blok poros baru. Dari situ muncullah pergerakan Islam untuk melawan ideologi umat Islam seperti pergerakan dari Jamaah Tabligh, Ikhwanul Muslimin, Masyumi, Muhammadiyah, NU, dsb.
Sehingga pada awal abad ke ke-20, perjuangan awal gerakan ini munculnya modernisme Islam sebagai bagian dari respom umat Islam untuk melawan sekulerisasi terhadap penetrasi kebudayaan barat yang merusak ajaran umat Islam. Dan gerakan-gerakan tersebut berawal dari timur tengah dan menyebar ke seluruh penjuru Nusantara dengan hubungan yang intensif dari ulama dengan timur tengah melalui ibadah haji. Lahir di Malang setelah acara FSLDK di UMM Malang dan KAMMI muncul dengan mengikuti gerakan Ikhwanul Muslimin yang ada di Mesir untuk menekankan pentingnya aspek spirtual Islam di kampus yang tidak boleh ditinggalkan dan mengajak dan menyeru umat Islam kembali kepada al-Quran dan sunnah yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad dan juga mengambil peranan modern untuk mengatasi keterbelakangan dengan inovasi baru dalam bidang pendidikan dan sosial.
Dalam menyerukan ajaran Nabi Muhammad dalam upaya peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Syiar dan pertumbuhan Islam seperti gerakan yang telah diserukan oleh Nabi Muhammad yaitu selama 2 (dua) masa ; yakni masa Makkah dan Madinah, pada prinsipnya telah menanamkan nilai – nilai keimanan melalui pengajaran Tauhid dengan ikhlas serta keyakinan terhadap kehidupan akhirat dan mengajarkan/mendidik tentang syariat dan akhlak. Sebagai bentuk penghambaan melalui peran ketaatan dan kepatuhan kepada Allah terhadap segala tuntutan dan perintah untuk mewujudkan hubungan yang baik antara makhluk dengan sesamanya dalam bentuk sosial kemasyarakatan (muamalah) merupakan bagian kedua atau tindak lanjut syiar Islam yang diamanahkan Rasulullah dan diwujudkan melalui pembentukan masyarakat Islam atas tuntunan syari’at dan dijalin kukuh oleh akhlak. Dalam kaitan itu, maka sejalan dengan peringatan Allah; secara tegas Islam menyuruhdan mengatur dua sistem hubungan yang dimaskud (hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia). Ketika hal ini tidak dipatuhi secara utuh manusia itu akan hina dan kekuasaannya akan sirna. Allah befirman: “Mereka (manusia) akan diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali Allah (menjaga hubungan dengan Allah) dan memperbaikan hubungan dengan manusia…” (QS. Ali ‘Imran ; 112) Sebagai upaya konkrit mewujudkan dua sistem hubungan tersebut, maka mutlak bagi kita untuk memelihara eksitensi sebagai hamba Allah dengan selalu dan tetap konsisten dalam menghambakan diri kepada-Nya, meningkatkan syiar Islam dan memakmurkan tempat ibadah sebagai upaya peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Dan salah satu implementasi dari upaya dimaksud adalah mengoptimalkan berbagai aktifitas sosial atau muamalah dengan melakukan pembinaan umat.
Lahirlah sebuah organisasi ini di setiap universitas-universitas untuk menigkatkan peran mahasiswa dalam pengabdian dalam masyarakat serta membantu sistem sosial agar sesuai dengan nilai dalam ajaran islam, sehingga dapat menjadikan KAMMI sebagai organisasi yang dapat membantu masyarakat dalam bidang sosial guna membantu masyarakat menjadi kelompok sosial yang progresif.
Dalam mewudukan fungsi tersebut, maka kita perlu memerlukan sebuah tempat agar bisa diselenggarakan secara terintegrasi dan melibatkan seluruh elemen masyarakat dan tempat yang paling cocok adalah untuk mengembangkan ini adalah masjid. Dalam fungsi masjid dalam masyarkat hanya digunakan sebagai tempat beribadah saja. Akan tetapi, masjid berfungsi dan masih sedikit sekali masjid bisa difungsikan dengan hal seperti itu. Hal ini tidak sepernuhnya salah namun berdasarkan sirah nabawiyah bahwa masjid ini tidak hanya digunakan sebagai tempat shalat saja melainkan juga digunakan sebagai tempat pembinaan masyarakat. Sehingga pada masa Rasullullah, masjid digunakan sebagai basis pembinaan untuk membinaan dengan berbasih gerakan sosial masyakarat. Berdasarkan firman Allah dalam surat At- Taubah ayat 18 yang bunyinya “Sesungguhnya orang yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta(tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepadaapapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Pembinaan masyarakat melalui masjid bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan kajian ilmu dari berbagai bidang kajian yang disesuaikan dengan latar belakang, usia dan kebutuhan masyarakat. Bagi anak-anak pembinaan keilmuaanbisa dilakukan melalui Taman Pendidikan Al-Qur’an yang biasa dikenal dengan TPA.
Aspek ekonomi dapat dilakukan dengan mengelola zakat, infaq dan sodaqoh dengan pengelolaannya dikelola masjid diharapkan zakat, infaq, dansodaqoh dari masyarakat yang mampu tersalurkan dengan baik kepada masyarakat yang kurang mampu di sekitarnya. Dari sini diharapkan terbentuknya masyarakat yang sejahtera ataupun fungsi sosial lain dari masjid yaitu masjid dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan aqad pernikahan, rekreasi keluargadan tempat rapat untuk membahas kemslahatan umat.
Untuk berdasarkan uraian di atas, maka saatnya kita mengoptimalkan peranan masjid secara utuh baik sebagai pusat ibadah maupun sebagai sarana pembinaan umat dengan tetap berpedoman pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Di dalam al-Qur’an banyak sekali kandungan ayat-ayat tentang ibadah, muamalah, kemasyarakatan, ekonomi, hukum dan keadilan, serta hubungan si kaya dengansi miskin dan lain-lain. Dengan demikian, upaya mengembalikan peranan masjid merupakan persoalan yang sangat penting. Pemahaman yang keliru terhadap Dinul Islam serta bagaimana mengembalikan peranan masjid harus kitaluruskan sehingga masjid kembali berperan dalam mengembangkan nilai–nilai ukhrawi dan duniawi yang Islami, dan pada gilirannya mampu pula berperansebagai pengendali perubahan sosial-budaya masyarakat sesuai zamannya. Kebulatan tekad serta keberpihakan proaktif kita semua terhadap hal di atas, sangat menentukan keberhasilan akan ketulusan niat dan keluhuran cita-cita terhadap upaya pelaksanaan dan penegakan syiar Islam.
Dengan memiliki semangat tekad dengan proaktif kita semua terhadap hal di atas, hal ini sangat menentukan keberhasilan akan ketulusan niat dan keluhuran cita-cita terhadap upaya pelaksanaan dan penegakan syiar Islamsebagai bentuk kepatuhan dan kepatuhan kepada Allah dalam segala persyaratan dan perintah untuk menjalin hubungan baik antara makhluk dan satu sama lain dalam bentuk komunitas sosial adalah bagian lain atau kelanjutan dari ajaran Islam. Nabi dan melewati pembentukan masyarakat Islam diatur oleh Syariah dan terjalin erat dengan moralitas. Dalam hal ini sesuai dengan peringatan Allah. Dengan prinsip Islami, KAMMI memiliki program yang melibatkan masyarakat sekitar dan dampaknya masyarakat dapat mengembalikan peran masjid melalui kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat.
0 Response to "3 Tulisan Terbaik Lomba Menulis dalam Milad KAMMI UIN SUKA ke-23"
Posting Komentar