Apakah al-Quran telah menjadi salah satu sumber inspirasi kita?
Beberapa hari lalu, tepatnya pada hari Sabtu, 21 Januari 2023, dunia Islam dikejutkan dengan tindakan intoleran berupa penghinaan terhadap kitab
suci umat islam, yakni al-Qur’an. Adalah Rasmus Paludan, pemimpin partai sayap kanan
Swedia (Stram Kurs) yang melakukan pembakaran al-Quran di depan kedubes Turki
di Stockholm.
Sehari berselang, aksi serupa juga terjadi di Belanda. Edwin
Wagensveld melakukan perobekan dan pembakaran al-Quran di depan gedung parlemen
di Den Haag pada Ahad, 22 Januari 2023. Politikus sayap kanan belanda sekaligus
pemimpin kelompok Patriotic Europeans Against Islamization of The West (PEGIDA)
itu kemudian menyebarkan vidio aksinya melalui akun twitter pribadinya. Pembakaran
Alquran Menjalar ke Belanda (republika.id)
Dilansir dari Republika Pelecehan
Alquran di Swedia terus Terulang (republika.id),
Kementrian Luar Negeri Turki mengutuk keras tindakan penghinaan terhadap kitab
suci agama Islam itu, "Kami mengutuk sekeras mungkin serangan keji
terhadap kitab suci kami. Mengizinkan tindakan anti-Islam yang menargetkan umat
Islam dan menghina nilai-nilai suci kami, dengan kedok kebebasan berekspresi
sama sekali tidak dapat diterima." Selain itu, Arab Saudi, Yordania, Kuwait
dan Indonesia juga ikut mengecam aksi tersebut.
Berbagai aksi pembakaran al-Quran maupun aksi islamofobia lain sudah
dan terus terjadi di banyak negara Eropa. Tentu saja kita mengecam dan mengutuk
keras penghinaan yang sangat intoleran tersebut. Penghinaan yang dilakukan oleh
mereka yang terus mengoceh tentang pentingnya toleransi. Kata yang ternyata
mereka sendiri tidak memahami maknanya.
Bagi umat Islam, setiap kejadian memiliki ibrah atau hikmah
yang tak terhitung banyaknya. Dari peristiwa keji yang terjadi belakangan, mari
sejenak kita lihat sejarah dan ke dalam al-Quran itu sendiri. Setidaknya ada 2
ayat yang berhubungan dengan kejadian ini.
At-Taubah: 65
وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ
اِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُۗ قُلْ اَبِاللّٰهِ وَاٰيٰتِهٖ وَرَسُوْلِهٖ
كُنْتُمْ تَسْتَهْزِءُوْنَ
Terjemahan Kemenag 2019
65.
Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, mereka pasti akan
menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.”
Katakanlah, “Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?”
Kisah turunnya ayat ini pernah
dikisahkan oleh Ibnu Umar. Saya kutip dari Ketika
Nabi Muhammad Diolok-olok | Republika Online
Dalam suasana perang tabuk, sekelompok
orang munafik berkata, “Kami tidak pernah melihat seperti para penghafal al-Quran itu. Belum pernah ada orang yang lebih rakus, lebih buncit perutnya,
lebih suka berdusta, dan lebih pengecut dalam pertempuran ketimbang mereka.”
Orang-orang munafik itu sedang
membicarakan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat yang ahli al-Quran. Ujaran
tadi didengar oleh Auf bin Malik yang sedang lewat di hadapan mereka.
“Kamu bohong! Kamu munafik! Aku akan melapor kepada Rasulullah,” katanya.
Ketika persoalan ini sampai kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau shalallahu ‘alaihi wasallam sedang menaiki untanya. Kemudian, orang-orang munafik tadi didatangkan kepadanya.
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami
waktu itu hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja, sebagaimana obrolan
orang-orang di perjalanan jauh demi mengisi waktu luang,” kata salah seorang
dari mereka.
Mendengar itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“mengapa terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?”
Tak lama kemudian, turun firman Allah subhanahu wa ta'ala. surah at-Taubah ayat 65 seperti yang dituliskan di atas.
Pesan penting dari kisah asbabun
nuzul ayat ini salah satunya adalah, hanya orang-orang munafik yang
“berani” menjadikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, ayat-ayat al-Quran dan bahkan Allah subhanahu wa ta'ala sebagai lelucon.
Al-Anfal: 2
Hal ini 180 derajat berbeda dengan
orang-orang yang beriman, yang mana hatinya mudah bergetar bila mendengar
ayat-ayat-Nya. Seperti difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam surah al-Anfal ayat
2.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ
اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ
زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
Terjemahan
Kemenag 2019
2. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka
yang jika disebut nama Allah,304) gemetar hatinya dan jika dibacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya
mereka bertawakal,
304)
Menyebut nama Allah Swt. di sini berarti menyebut sifat-sifat yang mengagungkan
dan memuliakan-Nya.
Seharusnya, jika kita beriman, apa yang Allah subhanahu wa ta'ala firmankan dalam surah al-Anfal ayat dua itu terjadi pada kita. Namun bagaimana kenyataannya?
Jangan dulu
hati bergetar, ada pertanyaan sederhana yang seharusnya kita tanyakan pada diri
pribadi masing-masing. Di mana kita meletakkan al-Quran? Letak dalam arti yang
lebih dalam, bukan di rak buku, maupun rak aplikasi pada ponsel kita
masing-masing.
Apakah al-Quran
telah kita jadikan sebagai pedoman? Atau mungkin bacaan sehari-hari, tilawah? Atau bahkan tidak keduanya?
Atau kitab
itu hanya menjadi pajangan di bagian paling atas rak buku kita -berusaha
memuliakannya dengan menaruh di paling atas tumpukan buku tanpa pernah
menyentuhnya, atau pajangan di halaman menu paling depan ponsel kita -layaknya
aplikasi sms yang kita sudah tidak peduli lagi pesan apa yang masuk
kedalamanya.
Jangan-jangan
karena jauhnya kita dari al-Quran, kemarahan kita atas apa yang terjadi di
Swedia dan Belanda hanyalah karena nafsu semata? Yang muaranya bukan lagi pahala, melainkan dosa.
Apakah al-Quran telah menjadi salah satu sumber inspirasi kita?
0 Response to "Apakah al-Quran telah menjadi salah satu sumber inspirasi kita?"
Posting Komentar