-->

Notulensi Diskusi Isu: “Minyak Goreng Langka Tanggung Jawab Siapa”?

 

Tanggal Pelaksanaan: 20 Maret 2022

Narasumber: Wahidya Difta Sunanda, S.E

Indonesia adalah konsumen minyak goreng terbesar mengalahkan India dan Cina. Saat ini minyak goreng yang curah saja susah dicari apalagi yang bermerek. Berdasarkan hal ini, diindikasikan bahwa ada pihak-pihak yang mencari keuntungan dengan menimbun minyak goreng.

Terkait dengan minyak goreng langka, Megawati (mantan presiden Indonesia) mempertanyakan apakah ibu-ibu di Indonesia setiap harinya hanyalah menggoreng? Hal ini mengungkapkan keheranan beliau mengapa ibu-ibu kegiatannya hanya menggoreng. Menanggapi hal ini, Mas Difta mempertanyakan dimana empati Megawati. Hendaknya beliau berpandangan luas dan jangan hanya melihat dari satu sudut pandang saja, cobalah pikirkan bagaimana dengan penjual gorengan. Tidak mungkin mereka akan menggoreng dengan air, kan?

Menteri perdagangan mengemukakan bahwa minyak goreng mahal dan langka disebabkan karena perang Rusia dengan Ukraina. Ukraina merupakan pengekspor minyak biji bunga matahari. Ketika terjadi perang, maka ekspor menjadi terhambat sehingga konsumen dunia beralih ke minyak kelapa sawit dan permintaan semakin meningkat sehingga menimbulkan naiknya harga minyak kelapa sawit. Melihat fenomena tersebut, Indonesia memilih untuk mengekspor minyak goreng karena faktor profit. Yang mana hal ini dilakukan oleh para  produsen swasta. Di sisi lain, ditemukan terdapat pihak-pihak yang menimbun minyak hingga berton-ton.

Menyikapi hal ini, menteri perdagangan membuat kebijakan. Pertama, Domestik Market Obligation (DMO), yakni pemerintah mewajibkan seluruh produsen minyak goreng agar mengalokasikan 30% dari volume produksinya untuk kebutuhan dalam negeri. Kedua, DPO (Domestik Price Obligation), yakni pengaturan harga minyak sawit yang mentah atau VCO di Indonesia. Ketiga, HET(Harga Ecer Tertinggi). Ketika ketika kebijakan tersebut diterapkan, minyak semakin langka. Kemudian ketika HET dicabut, minyak tiba-tiba melimpah ruah. Hal ini menjadi pertanyaan siapakah pihak-pihak yang menimbunnya?

Adanya permasalahan minyak goreng langka ini kita mempunyai struktur harapan pada pemerintah dan berharap pemerintah dapat diandalkan. Tetapi melalui mendag, dapat kita simpulkan bahwa pemerintah mengaku kalah dari mafia minyak goreng.

Berdasarkan data, selain konsumsi yang tinggi akan minyak goreng Indonesia juga penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Tetapi sayangnya 54% perkebunan sawit di Indonesia dimiliki oleh swasta, hal ini sebagaimana tangan dari Kemendagri. sehingga wajar jika 54% tersebut kabur (diekspor), karena itu hak mereka. Tetapi karena hal ini, separuh rakyat Indonesia kekurangan minyak goreng. Begitulah ironi di negeri ini.

Mengapa harga minyak goreng naik? berdasarkan pemaparan dari salah satu pakar ekonomi hal itu dikarenakan: pertama, permintaan tinggi tetapi ketersediaan yang rendah. Kedua, dengan naiknya CPO dunia, maka produsen minyak goreng di Indonesia berlomba-lomba untuk mengekspor minyak goreng dan bersikap bodo amat dengan keadaan rakyat yang menjerit karena kelangkaan minyak goreng. Ketiga, program B30. Program ini merupakan kewajiban produsen minyak goreng untuk mengalokasikan 30% dari total ketersediaan minyak goreng swasta untuk kebutuhan dalam negeri. Keempat, kendala distribusi. Yang dimaksud di sini adalah adanya oknum-oknum yang menimbun minyak.

Menurut Gapki( Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) dari segi bahan baku minyak yakni kelapa sawit tidak kekurangan. Sehingga yang menjadi masalah yakni penyebab langkanya minyak goreng adalah pada bagian setelah produksi. mengetahui harga minyak di luar negeri lebih tinggi (mahal), makan minyak dari produsen diekspor ke luar negeri bukan dikirim ke distributor. Hal ini dikarenakan mereka ingin mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Masalah kedua ada pada distributornya, mereka menimbun minyak dan menjualnya ketika harga minyak naik.

Melihat fenomena ini profesor Togar Simatupang dari sekolah bisnis dan manajemen di ITB memberikan tawaran solusi. Pertama, perbaikan regulasi. Dalam hal ini, Mendag telah berupaya untuk membuat kebijakan meskipun pada akhirnya disimpulkan bahwa pemerintah melalui Mendag mengaku kalah dari mafia minyak. Terkait dengan sistem ekonomi, Indonesia menerapkan sistem ekonomi Pancasila yang mengambil segi sisi positif dari sistem ekonomi kapitalisme maupun sosialis. Dalam sistem ekonomi Pancasila, meskipun perekonomian diserahkan ke mekanisme pasar, tetapi pemerintah mempunyai peran untuk melakukan kontrol sehingga seharusnya pemerintah memiliki andil besar dalam permasalahan ini. Kedua, pembentukan sistem layanan integrasi digital. Ketiga, distribusi intensif melalui BUMN. Keempat, mendahulukan CPO pangan daripada energi.

 

Diskusi

Pertanyaan:

  1. Terkait dengan demo yang dilakukan oleh Megawati, apakah itu bisa menjadi dugaan untuk mempertahankan kelangkaan minyak goreng?
  2. Mengapa Indonesia menjadi negara konsumsi minyak goreng terbesar di dunia?

Jawaban:

  1. Demo malah memancing emosi rakyat, karena minyak goreng sudah menjadi kebutuhan sehingga tidak dapat serta merta diharuskan untuk tidak menggunakan minyak goreng.
  2. Terdapat salah satu orang yang terduga sebagai mafia minyak goreng adalah salah satu pendukung atau suksesor dari kampanye Jokowi periode kemarin. Sehingga bisa jadi demo yang dilakukan oleh Megawati adalah semacam utang budi karena taring pemerintah tidak segarang yang semestinya. Hal ini sebagai akibat jika politik terlalu melekat pada oligarki sehingga hal semacam itu akan sering terjadi.

Pertama
,  bukan karena berdasarkan jumlah penduduknya tetapi karena masyarakat Indonesia memang konsumtif terhadap minyak goreng. Kedua, tradisi. Jika kita lihat, banyak makanan khas di Indonesia yang proses memasaknya melalui penggorengan.

Pendapat peserta:

Kelangkaan minyak goreng disebabkan salah satunya karena ketika petani panen raya harga minyak sawit menjadi murah. Situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang culas yakni mafia minyak goreng untuk menimbang dan menjualnya dalam bentuk minyak ketika harga sudah naik.


0 Response to "Notulensi Diskusi Isu: “Minyak Goreng Langka Tanggung Jawab Siapa”?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel