-->

Notulensi Diskusi Pemikiran Tokoh Muhammadiyah “Mengenal sosok dan pemikiran Abdul Rozak Fachruddin”

Notulensi Diskusi Pemikiran Tokoh Muhammadiyah “Mengenal sosok dan pemikiran Abdul Rozak Fachruddin

Tanggal        : 13 Maret 2022

Pemantik      : Farhan Aji Dharma (Sekretaris Umum DPD IMM DIY)

Moderator   : Sintia Kurniawati (Kepala Departemen Kebijakan Publik KAMMI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Nama lengkapnya adalah Abdul Rozak Fachruddin yang kerap disapa Pak AR. Beliau lahir di Yogyakarta pada 14 Februari 1916 dan wafat pada 17 Maret 1995 di Solo. Setelah lulus dari madrasah mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 1934, beliau dikirim oleh Muhammadiyah untuk misi dakwah sebagai guru di 10 sekolah dan sebagai mubaligh di Talangbalai selama 10 tahun dan ketika Jepang datang, beliau pindah ke Muara Meranjat, Palembang sampai tahun 1944. Selama tahun 1944 itu, Pak AR muda mengajar di sekolah Muhammadiyah, memimpin dan melatih Hizbul Wathon, dan barulah ia pulang ke kampung halaman.

Pada tahun 1944, beliau masuk ke BKR Hizbullah selama setahun. Sepulangnya dari Palembang, beliau berdakwah di Bleberan dan menjadi pamong desa di Galur selama setahun. Selanjutnya beliau menjadi pegawai Departemen Agama.Pada tahun 1950 beliau pindah ke Kauman untuk belajar kepada tokoh-tokoh awal Muhammadiyah seperti Ki Bagus Hadikusumo, Basyir Mahfud, Badilah Zuber, dan Ahmad Badawi.

Pengabdiannya bukan saja di lingkungan Muhammadiyah, tetapi juga di pemerintahan dan perguruan tinggi. Beliau pernah menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama di Wates pada tahun 1947. Tidak lama kemudian, beliau ikut bergerilya melawan Belanda.  Pada tahun 1950, beliau menjadi pegawai di kantor Jawatan Agama di wilayah Yogyakarta lalu pindah ke Semarang sambil merangkap sebagai dosen luar biasa bidang studi Islamotologi di Unissula, FTKIP Undip, dan Sekolah Tinggi Olahraga. Sedangkan di Muhammadiyah, dimulai sebagai pemimpin pemuda Muhammadiyah pada periode tahun 1938-1941. Beliau menjadi pimpinan mulai di tingkat ranting, cabang, wilayah, hingga pimpinan pusat Muhammadiyah.Jabatan sebagai ketua PP Muhammadiyah dipegangnya pada 1968 menggantikan K.H Faqih Umam yang meninggal. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-38 di Ujungpandang, beliau terpilih sebagai ketua dan menjabat hampir seperempat abad menjadi sosok pemimpin Muhammadiyah tepatnya pada tahun 1968-1990.

Ketika sakit, beliau pernah menulis sebuah surat kepada pemimpin Katolik yang mana suratnya berisi mengenai keluhan dengan bahasa yang santun tentang umat Islam di Indonesia yang memiliki kemampuan ekonomi yang rendah. dimana saat itu sedang gencar-gencarnya Kristenisasi melalui pendekatan materiil. Melalui surat tersebut Pak AR berharap agar mereka dapat memahami toleransi beragama, yakni mereka tidak memberikan pendekatan dengan memberi iming-iming materiil kepada umat Islam di Indonesia.

Pak AR dan Pak Harto memiliki hubungan yang cukup dekat sehingga Pak Harto tidak segan-segan menghibahkan uangnya senilai 150 juta untuk perluasan PKU Muhammadiyah. Beliau juga menghibahkan uangnya senilai 500 juta untuk pembangunan Universitas Muhammadiyah. Karena kedekatan itulah, ketika mendengar kabar Pak AR wafat, Pak Harto langsung meminjam pesawat Hercules untuk mengiringi kepergiannya.

Sebagai sosok pemimpin Muhammadiyah Pak AR adalah sosok ulama yang sederhana, santun, arif, tidak neko-neko, lemah lembut, dan terbuka serta maju pikirannya. Pak AR sering menolak cenderamata jamaah pengajian, hadiah dari para pejabat, dan pemberian lain. Bahkan Pak AR tidak memiliki rumah pribadi hingga wafatnya dan beliau hanya menggunakan sepeda ontel dan motor sebagai sarana berdakwah.

 

Hasil Diskusi

  • Masa kepemimpinan Pak AR dapat berlangsung sangat lama dikarenakan pihak Muhammadiyah tidak menghendaki pemimpin selain Pak AR. Selama kepemimpinannya,  tidak ada yang meminta Pak AR untuk turun jabatan. Padahal sudah berulang kali Pak AR membuat surat pengunduran diri tetapi lagi-lagi beliau tetap diminta dan dipilih dalam Muktamar.
  • Kedekatan Pak AR dengan Pak Harto tl yang menjabat menjadi presiden kala itu, tak lantas membuat Pak AR memanfaatkan posisi Pak Harto. Beliau tetap menjalin hubungan sewajarnya.
  • Walaupun pada masa itu yakni pada masa orde baru terjadi carut-marut ideologi seperti PKI, Masyumi, Pak Harto dijatuhkan, tetapi Pak AR tetap mampu menjaga jati diri Muhammadiyah dan mampu mengatasi hal tersebut.
  • Di Yogya, Pak AR tidak hanya berdakwah kepada warga warga Muhammadiyah tetapi juga kepada warga muslim lainnya. Beliau sering diundang untuk rawuh sekadar ngobrol-ngobrol oleh warga di pinggiran Sungai Joding meski warganya ada yang beragama non Islam. Pak AR juga mempunyai forum di pasar kembang (Sarkem) untuk menyampaikan dakwah maupun diskusi tetapi bukan dalam bentuk pengajian. Ketika Pak AR sakit, warga Sungai Joding mengumpulkan iuran untuk Pak AR sebesar Rp.6.000.00,-. Setelah sehat, Pak AR mengembalikan Rp.3.500.00,- kepada warga Joding dan mengatakan bahwa uang yang dipakainya hanya Rp.2.500.00,-.

Dari selayang pandang mengenai Pak AR di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pak AR adalah  sosok pemimpin Muhammadiyah yang sangat moderat, patriotisme, sederhana bijaksana,dll. Hal itu dapat dilihat pada perannya sebagai pemimpin Muhammadiyah di masa orde baru. Kala itu, meskipun berada dalam kubu yang runcing beliau tetap mampu mempertahankan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan tidak apatis dengan kondisi yang sedang terjadi. Hal itu dibuktikan dengan keikutsertaan beliau mengikuti laskar dan berjuang melawan Belanda.

Masa kepemimpinan Pak AR adalah masa keberhasilan dan terbukti berhasil memajukan Muhammadiyah sehingga pada masa kepemimpinannya tidak ada tuntutan untuk membubarkan Muhammadiyah. Padahal pada masa itu adalah masa orde baru dimana banyak ulama NU yang dibunuh oleh PKI. Tetapi hal itu tidak terjadi pada ulama Muhammadiyah, termasuk Pak AR. Hal ini dikarenakan kemampuan beliau dalam bergaul dengan anggota PKI tetapi tetap mampu mempertahankan jati diri Muhammadiyah-nya. Inilah yang dibutuhkan oleh warga masyarakat, yakni sosok pemimpin yang mampu membawa maju Muhammadiyah di tengah problematika ideologi dengan tetap mampu mempertahankan Muhammadiyah tanpa mengabaikan atau apatis dengan keadaan sekitar.(Syaras Luthfiasari)

0 Response to "Notulensi Diskusi Pemikiran Tokoh Muhammadiyah “Mengenal sosok dan pemikiran Abdul Rozak Fachruddin”"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel