-->

Proses Pembelajaran Sekolah Masih Memprihatinkan


Oleh : Salma Hakiim

Tuntutlah ilmu samapi ke negeri Cina, katanya. Tetapi memasuki Februari tahun lalu ungkapan ini tampaknya harus berubah. Belum sampai keluar negeri, keluar rumah pun tidak diperbolehkan. Pandemi telah mengubah banyak kebijakan di masyarakat, baik di bidang pemerintahan, kesehatan, perdagangan, dan pendidikan. Pemerintah menyelenggarakan kebijakan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan tujuan yang sama, agar masyarakat tidak terlalu sering berkerumunan. Kebijakan tersebut ternyata mendapat beragam tanggapan, terdapat beberapa orang tua siswa yang merasa keberatan dengan pembatasan kegiatan, karena proses pembelajaran secara daring dianggap kurang serius oleh siswa. Di rumah siswa lebih fokus bermain dibandingkan duduk belajar, bahkan orang tua terkadang kesulitan mengontrol siswa untuk penggunaan gedget yang seharusnya digunakan untuk pembelajaran, ternyata digunakan untuk kesibukan yang lain.

            Dijelaskan dalam undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 no 1. Pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan siswa pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk waktu satu setengah tahun yang telah berlalu seharusnya kita sudah mulai terbiasa dengan kondisi yang telah ada, dan memperbaiki system pembelajaran untuk siswa. Karena siswa tidak mungkin bersekolah hanya dengan menerima tugas dan materi dari guru tanpa adanya penjelasan. Siswa bukanlah mahasiswa yang siap mencari dan memahami materi sendiri, karena siswa yang akan mengembangkan potensi kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, dan keterampilan butuh penjelasan, panduan, serta contoh dari guru.

            Dalam keadaan yang tidak normal seperti pandemi saat ini, sementara proses pendidikan di Indonesia harus tetap berjalan, beberapa siswa membutuhkan sarana sarana pelengkap yang tidak seperti saat keadaan normal, diantaranya: sambungan internet, software, pemahaman penggunaan software, dan biaya biaya penggunaannya. Pada saat ini, apakah guru  sudah benar benar paham kebutuhan yang dibutuhkan siswa pada masa pandemi saat ini?

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis tentang problematika pembelajaran matematika siswa kelas IX di SMP 1 Pandak, SMP 3 Pandak, dan SMP Muhammadiah Bantul, disebutkan jika salah satu problem yang dirasakan siswa adalah kesulitan eksternal berupa pemberian materi dari guru yang tidak ditindak lanjuti dengan penjelasan. Hanya 30 % kelas yang terlihat bahwa guru secara runtut membersamai siswa dalam pembelajaran dan memandu siswa dalam mempelajari buku pegangannya.

            Idealnya pembelajaran secara daring baik guru maupun siswa telah siap jiwa dan raganya. Pembelajaran berbasis daring yang perlu jaringan internet untuk pertemuan pembelajaran virtual, fasilitas gadget berupa aplikasi aplikasi pembelajaran seperti whatsapp, google classroom, youtube, google meet, zoom, telegram, ataupun laman pembelajaran daring milik sekolah. Keberadaan applikasi yang mendukung pembelajaran juga menuntut guru dan siswa untuk dapat menggunakan dan mengoprasikan aplikasi supaya pembelajaran menjadi efektif. Penggunaan applikasi aplikasi tersebut tentu saja memerlukan biaya pengguaan internet yang cukup banyak dibandingkan hari hari biasa.

            Kenyataannya, dalam pelaksanaan pembelajaran daring saat ini masih terdapat minimya fasilitas fasilitas tersebut. Pada beberapa daerah masih terdapat siswa yang kesulitan mendapat sinyal bahkan ada yang tidak memiliki gadget. Internet yang tidak bisa diakses sedangkan pembelajaran seluruhnya bergantung pada kegiatan daring menyebabkan pembeajaran terhambat. Aplikasi aplikasi pendukung pembelajaran tidak dapat menjadi solusi bagi sebagian siswa. Selain itu biaya pembelian kuota juga masih menjadi hal mewah bagi beberapa siswa. Biaya bulanan siswa pada hari normal bisa saja kurang dari harga kuota yang ada, sedangkan dana kuota yang diberikan kementrian hanya dapat mengakses beberapa aplikasi pembelajaran saja.

            Ternyata dalam kehidupan nyata di masyarakat, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) saat pandemi ini sudah dapat berjalan tetapi jauh dari kesempurnaan. Bila hal ini terus berkelanjutan, dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas peserta didik. Siswa Sekolah Dasar tiba tiba dituntut menjadi siswa Sekolah Menengah Atas, siswa Sekolah Menengah Pertama tiba tiba menjadi mahasiswa hanya karena siswa tidak benar benar mendapatkan pembelajaran yang sesuai di waktunya.

            Berdasarkan kondisi yang telah disampaikan diatas, penulis berharap adanya solusi bagi siswa-siswi yang masih memiliki kekurangan dalam proses belajar mengajar secara daring. Hal tersebut dapat disiasati dengan pengadaan kelompok belajar antar siswa yang tinggal di tempat yang berdekatan, sekitar empat sampai lima anak untuk mempermudah siswa yang mungkin tidak memiliki gadget ataupun mengalami susah sinyal. Pembentukan kelompok tersebut tentulah diketahui oleh pihak guru dan sekolah untuk mengatasi adanya kecurangan dalam mengerjakan tugas. Selain itu diharapkan guru sedari awal dapat memberikan panduan awal penggunaan aplikasi pembelajaran kepada siswa dan orang tua ataupun wali murid yang akan membersamai siswa belajar dirumah, agar perangkat yang dibutuhkan dapat segera disiapkan. Aplikasi yang diguakan juga sebaiknya tidak memberatkan siswa serta efektif dalam penggunaannya di kelas. Setiap anak pastilah memiliki cara belajarnya masing masing, maka tidak perlu memutuskan aplikasi yang terbaik untuk digunakan. Karena yang terpenting adalah peran guru dalam megkondisikan kelas, siswa yang siap secara mental untuk belajar, juga dukungan orang tua dirumah.

            Kondisi pandemi bukanlah penghalang bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Undang undang di Indonesia sudah jelas mengatur wajib belajar dan hak siswa untuk mendapatkan pendidikan. Persoalan persoalan yang menghambat siswa dalam belajar sudah sepatutnya dikaji dan lebih diperhatikan oleh guru juga pemerintah Negara. Karena masa depan negeri ada ditangan anak anak muda saat ini.

Menggunakan platform apapun bukanlah hal yang perlu diperdebatkan oleh sesama guru ataupun siswa karena bisa saja terdapat perbedaan kebuthan dan kemampuan antar siswa. Dari yang telah diutaran diatas, penulis berharap guru lebih memperhatikan bagaiana kemampuan dan kebutuhan siswa dalam pembelajaran, terutama guru eksak seperti guru matematika yang membutuhkan penjelasan runtut dalam memberikan materi pada siswa. agar terciptalah pembelajaran yang efektif didalam kelas dan menghasilkan output yang memuaskan.

Pemerintah memberikan solusi bagi siswa dengan memberikan bantuan kuota belajar. Maka denga adanya pengguaan yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang diarahkan dengan baik oleh guru akan memaksimalkan pendidikan yang terbatas. Jika memang siswa dapat paham dengan adanya pertemuan zoom, maka gunakan pertemuan yang ada dengan zoom. Jika dengan grup chat siswa dapat dikondisikan untuk belajar, maka gunakan grup chat ntuk pembelajaran yang ada. Mungkin kita tidak bisa menuntut ilmu sampai ke cina, tapi kita dapat membawa dan menggenggamnya kalau mau.


0 Response to "Proses Pembelajaran Sekolah Masih Memprihatinkan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel