Puisi Malaikat Maut dan Manusia yang Mengantri Mati
Tentang kehilangan yang tidak akan pernah membuat diri dan hati baik-baik saja.
Kembali berkabung, seperti ada kesedihan yang abadi.
Tidak ingin larut. Tapi hitam semakin pekat ...
Mereka yang kembali (mati) adalah orang-orang baik.
Sang Ilahi sangat, malah teramat menyayangi, sampai mereka dipanggil mendahului.
Kita yang masih hidup sebenarnya sedang mengantri, dipanggil kemudian hari.
Masa itu akan tiba.
Lalu,
apa saja yang sudah kau siapkan untuk kematian dirimu sendiri, tuan?
Hati yang gelisah, perasaan yang mencekam, dan hidup yang kacau.
Dibalik pintu kamar ia menunggu malaikat maut menjemput.
Ia lelah dan sudah menyerah.
Sajak-sajak putus asa, ia tulis dengan limpahan air mata.
“kupikir besok aku sudah mati”.
Sayangnya, malaikat maut tak kunjung datang.
Karena lelah menunggu ia tertidur pulas.
“Sepertinya tidak malam ini, mungkin besok – ia akan membawaku pulang” ucapnya dalam hati.
Tubuhnya yang kurus tersisa tulang dan kulit.
Sudah lama ia tak berselera untuk makan. Lalu ia bergumam,
“Aku tak boleh mati di tanah rantau”.
0 Response to "Puisi Malaikat Maut dan Manusia yang Mengantri Mati"
Posting Komentar