-->

KAMMI dan Spirit Jayakan Indonesia 2045


by Atmaja Wijaya

Siapa yang tidak mengetahui organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia atau disingkat dengan KAMMI? Merupakan salah satu organisasi yang terlahir di Kota Malang 29 Maret 1998. Kala itu, dengan tegas mendeklarasikan diri sebagai “Bagian yang tak terpisahkan dari Rakyat dan akan senantiasa berbuat untuk kebaikan bangsa dan rakyat Indonesia”. Dalam rentang waktu yang menginjak usia ke 22 tahun ini, usia yang terbilang cukup muda sebagai gerakan mahasiswa, tetapi kader KAMMI sudah berkontribusi di beberapa post-post strategis pemerintahan, untuk mengabdikan diri sebagaimana cita-cita dalam teks deklarasi di atas. Beberepa alumni KAMMI sudah sampai berjuang di ranah legislatif; DPR dan DPRD, serta ranah eksekutif seperti Wali Kota, yang pada tahun 2019 kemarin, dua alumni KAMMI mendapat penghargaan sebagai figur Walikota terbaik Indonesia.

Tentu, ada rasa kebanggaan sebagai kader KAMMI saat melihat prestasi senior-seniornya, tetapi yang menjadi soal ialah, bagaimana KAMMI kedepan untuk terus berjuang menggapai visi dan misi sebagaimana yang telah tercantum dalam Filosofi Gerakan KAMMI: Mencetak kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang islami.

Aktivis-Impactivist

Melihat realitas beberapa alumni yang sudah berkiprah dalam dunia politik, sehingga tugas KAMMI menjadi sedikit lebih ringan dalam ranah Siyasi, fokus tugas KAMMI sekarang adalah mencetak kader-kader yang tidak hanya lihai dibidang politik, tetapi juga di semua sektor kehidupan. Dakwah KAMMI bisa lebih fokus pada hal yang lebih fundamental (Mihwar Mihani), yaitu: mencetak banyak kader untuk sukses di berbagai bidang kehidupan, seperti dengan menjadi founder dalam gerakan-gerakan strategis untuk berkontribusi pada ummat dan bangsa.

Meminjam istilah bang Arif Susanto  berupa “Impactivist” yaitu: seorang aktivis yang mampu memberikan impact bagi lingkungan sekitar, baik lingkungan pertemanan, kampus, masyarakat dll. Salah satu caranya adalah dengan menjadi founder, yaitu punya rumah karya untuk menghasilkan produk tersendiri, tidak mengekor ataupun memburu jabatan dalam organisasi yang sudah dibuat orang lain. Sebab sejak tahun 2016 lalu,  KAMMI mulai tampil dengan mengusung tagline “Jayakan Indonesia 2045” dengan harapan memiliki tujuan dan rancangan waktu yang jelas dalam setiap gerak kontribusi kader dan agenda-agenda KAMMI, hal inilah yang menjadikan KAMMI memiliki tujuan dan durasi kerja yang jelas, serta menjadikan kader memliki tanggung jawab moral untuk berkarya dalam segala ranah yang bisa dijangkau oleh kader KAMMI.

Spirit Jayakan Indonesia 2045

Beberapa waktu yang lalu, saya pernah ditanya oleh salah seorang kader setelah kami sama-sama selesai mengikuti Dauroh Pemandu Madrasah KAMMI (DPMK) di Jogja, pertayaannya sangat dasar dan saya rasa semua kader KAMMI pasti bisa menjawabnya, yang kurang lebih begini “Apa alasanmu masuk KAMMI?”.  Kemudian saya hanya menjawab dengan jujur dan sederhana “Hanya KAMMI yang saya lihat, lebih dekat mewakili Islam sebagai gerakan mahasiswa, baik secara Teori maupun Praktik”. Dua tahun lebih saya bergabung dengan KAMMI dan selama itu juga saya diajarkan Islam yang mengakar dalam jiwa, agar dapat menjadi muslim kaffah, dengan berlandaskan jati diri Islam sebagai agama yang menyeluruh dan sempurna (Syumul dan Mutakammil), dalam menggapai visi rahmatallilalamin.

Secara praktiknya KAMMI dikenal dengan identitasnya yang islami, yaitu menjaga interaksi antara ikhwan dan akhwat dalam setiap agenda-agenda organisasi. Mengapa demikian? karena pada dasarnya KAMMI terlahir dari rahim dakwah yang kemudian menumbangkan Rezim Orde Baru dan berbuah Reformasi. Sehingga ada tanggung jawab besar dalam setiap pundak kader untuk menjaga amanah Reformasi, baik melalui aksi, advokasi, bahkan audiensi dengan pemerintah, dalam menyampaikan keluh-kesah rakyat, sebab disanalah nilai-nilai dakwah islam tersampaikan, sebagaimana juga nasihat Pak Amin Sudarsono dalam bukunya “Ijtihad Membangun Basis Gerakan” agar KAMMI bergerak tetap islami dalam kolam Demokrasi.

Spirit Islam inilah yang kemudian diaktualisasikan KAMMI dalam cita-cita jayakan Indonesia 2045, spirit Islam tentu tidak terlepas dari hal yang paling fundamental yaitu : Tauhid “La ila ha illallah”, sehingga penempatan paradigma gerakan Dakwah Tauhid sebagai paradigma gerakan yang pertama. Hal ini sangat tepat untuk menjadikan Allah sebagai awal dan akhir dalam segala macam perjuangan, termasuk spirit menjayakan Indonesia. Sebagai bentuk cinta kepada Tanah Air Indoenesia dan juga bukti jiwa Nasionalisme yang mendalam. Mengutip kata Anis Matta dalam buku serial cintanya “Jika cinta berawal dan berakhir karena Allah, maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta kepadanya”, sebab energi dan spirit perjuangan yang tiada habisnya adalah energi cinta kepada sang kuasa yaitu Allah SWT.

Refleksi Epistemologis Gerakan Dakwah Tauhid

Sebagaimana yang tercantum dalam Filosofi Gerakan KAMMI, ada 3 point inti yang bisa kita pahami. Pertama, Gerakan Pembebasan dari selain Allah. Kedua, Gerakan menyerukan deklarasi tata Peradaban Manusia berdasarkan nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (Uluhiyah). Ketiga, Gerakan Perjuangan yang sustainable, menegakkan nilai kebaikan Universal dan meruntuhkann tirani kemunkaran (amar ma’ruf nahi munkar). Jika lebih disederhanakan lagi, maka cita-cita Tauhid KAMMI adalah menata Peradaban Ummat Manusia di muka bumi tanpa penjajahan dan penindasan. Maka tidak salah, ketika dalam lirik Hymne KAMMI berbunyi “Tauhidkan Indonesia, Ijtihad KAMMI” yang memiliki makna, kader KAMMI ikut serta dan terlibat dalam mengkonsolidasikan ide dan gagasannya untuk membangun Indonesia yang berdasarkan pada nilai-nilai universal berupa wahyu ketuhanan (Uluhiyah).

Jika kita menelusuri rujukan utama yang digunakan KAMMI, dalam menafsirkan Paradigma Gerakan Dakwah Tauhid ini, akan kita temukan Gagasan Tauhid dari Prof Amien Rais, beliau menjelaskan bahwa “Tauhid merupakan esensi dari ajaran islam dan sebagai pandangan hidup, karena itu bukan saja mengesakan Allah, seperti yang diyakini oleh kaum monoteis, melainkan juga meyakini kesatuan penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of mankind), kesatuan tuntutan hidup (unity of quidance), kesatuan tujuan hidup (unity of purpose of life), yang semua ini merupakan derivasi dari kesatuan Ketuhanan (unity of godhead), (Amien Rais: 1987). Lalu yang menjadi pertanyaan ialah? Kenapa KAMMI menggunakan gagasan Tauhid Amien Rais sebagai rujukan utama?, menurut asumsi penulis sendiri, barangkali karena kedekatan antara teks dan konteks serta mampu merasionalisasikan dengan zaman.

Akan tetapi, jika kita menelusuri lebih jauh, gagasan tauhid Amien Rais ini mengambil Inspirasi dari Epitemologi Tauhid Islamil Raji’ Al’Faruqi yang menjadikan Tauhid sebagai pondasi Esensial untuk menumbuh-kembangkan Peradaban Muslim Kontemporer, lalu kemudian mempopulerkan gagasan islamisasi ilmu pengetahuan dengan semangat doktriner ketauhidan, yang menurut sebagian kalangan. Disisi lain, Al-Faruqi sendiri mengakui saat berdikusi dengan Imanuddin bahwa gagasan Tauhidnya banyak mengambil dari Imanuddin. Menurut Imanuddin sendiri, gagasan Tauhid yang diambil Al-Faruqi barangkali tentang “Konsep Illah”nya, yaitu: “sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai (didominir) olehnya (sesuatu itu). Prof Dawan Rahadjo pun menyebut teologi Imanuddin ini sebagai teologi Profetik yang memberdayakan ummat dengan pakaian Tauhid dan Rasionalisme. Itulah yang membedakan teologi imanuddin dengan teologi Cak Nur dalam Pembaharuan Islamnya yang ditolak lantaran cukup keras mengkritik ummat islam, tetapi sisi keunggulan Cak Nur ialah, dia mampu merumuskan Gagasan Tauhidnya yang berimpilikasi pada bidang sosial, politik, dan ekonomi, sebagaimana penjelasan tentang Iman, Ilmu dan Amal yang termuat dalam NDP-HMI.

Dari runtutan penjelasan diatas, refeleksi Paradigma Gerakan Dakwah Tauhid yang digunakan KAMMI adalah Gagasan Tauhid Amien Rais yang belum ada rumusan lebih jauh untuk berimplikasi pada sosial, politik, ekonomi dll. Sehingga tantangan KAMMI kedepan ialah, sekiranya perlu untuk terus melakukan pembacaan yang lebih radikal, agar lahir semacam rumusan yang jelas, berupa langkah taktis dan strategis dalam membawa nilai-nilai Tauhid sesuai dengan tantangan, situasi dan kondisi di zaman sekarang ini.

Akhir kata, yang saya tahu sejak dulu perihal tradisi kebebasan dan kemerdekaan berpikir, sangat dijunjung tinggi dalam Ber-KAMMI. Semoga dengan begitu, di usia KAMMI yang ke 22 tahun ini, akan semakin matang dan terus mencetak kader-kader militan yang senantiasa hanya menyeru kepada Islam, serta bermanfaat bagi ummat dan bangsa. Sebab dengan spirit Tauhid inilah, Orientasi Pengkaderan untuk menjadi Muslim Negarawan, tidaklah utopis, serta menanamkan optismisme dan memberi peluang besar untuk mewujudkan cita-cita “Jayakan Indonesia 2045.”

4 Responses to "KAMMI dan Spirit Jayakan Indonesia 2045"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel