-->

Review Buku Peradaban Islam: Makna dan Strategi Pembangunannya Karya Hamid Fahmy Zarkasy



Oleh Salman Al Farisyi (Kepala Biro Komander)
    Hamid Fahmy Zarkasy merupakan doktor bidang pemikiran Islam alumni ISTAC (International Institute of Islamic Tought and Civilization) di Malaysia. Beliau sekarang fokus menjadi direktur INSIST (Institute for the Study of Islamic Tought and Civilization) di Jakarta, serta direktur CIOS (Center for Islamic and Occidental Studies) Gontor. Melihat track recordnya bisa disimpulkan bahwa beliau adalah orang yang sudah lama bergelut dibidang pemikiran Islam dan tentu saja, karyanya dapat menjadi rujukan lebih baik, daripada mbah gugel atau yutup.

    Secara luas, buku ini menjelaskan bahwa Islam dapat menjadi sebuah peradaban karena, keluasan dan keluesan ilmu yang dimilikinya. Maka dari itu, untuk mengembalikan kejayaan Islam perlu adanya prioritas pembangunan ilmu pengetahuan Islam, diantara bidang-bidang lainnya. Untuk menyadarkan hal tersebut, maka diawal beliau mengingatkan kepada para pembaca, mengenai Islam yang hakikatnya adalah peradaban. Begini penjelasannya, “Karena ia adalah din (struktur hukum, susunan kekuasaan) yang membentuk akar kata madana (membangun, memartabatkan) yang kemudian dari kata madana itu lahir kata tamaddun yang berarti peradaban.”

    Asas dari sebuah peradaban adalah iman. Iman ini kemudian mengaitkan diri dengan segala perilaku hidup manusia; intelektual dan keagamaannya. Hal ini biasa disebut dengan worldview, jadi worldview inilah yang kemudian membangun sebuah peradaban. Worldview tersebut terdiri atas konsep-konsep yang menjadi dasar dari aktivitas keilmuan. Contohnya; ilm, aql, adl dan sebagainya. Konsep ini diterapkan untuk membantu mengembangkan struktur konsep keilmuan, dari satu konsep dapat berujung pada beberapa ilmu pengetahuan. Hal inilah yang membuat peradaban Islam dengan waktu singkat mampu mengalahkan peradaban incerior dimasanya seperti, Romawi dan Persia, hingga menghegemoni ilmu pengetahuan selama sekian ratus tahun.

    Setelah mengalami kemunduran, yang menurut Ibnu Khaldun penyebabnya manusia itu sendiri, peradaban diambil alih oleh barat. Barat kemudian menghasilkan dua aliran pemikiran yakni, modernisme dan postmodernisme. Modernisme terdiri dari paham sekularisme, rasionalisme, empirisme, dikotomis, desakralisasi, pragmatisme, dan penafian kebenaran metafisis (agama). Sedangkan Postmodernisme sebagai kelanjutan dari modernisme terdiri atas paham nihilisme, relativisme, pluralisme, dan persamaan gender. Seperti yang dikatakan Al Attas, umat Islam telah terperdaya dalam memahami sifat, tujuan, dan pengertian Ilmu yang salah. Islam mempunyai pandangan hidup sendiri yang mencerminkan sifat dan ketabiatannya yang berbeda dari pandangan hidup agama dan kebudayaan lain, itulah realita yang dihadapi umat Islam sekarang.

    Contoh dari terperdayanya umat Islam ialah ucapan dari Nurcholis Madjid yang mengungkapkan bahwa modernisasi adalah ilmu pengetahuan dan rasionalisasi adalah perintah mutlak dari Tuhan. Seperti yang dijelaskan diatas, istilah itu sejatinya membawa makna didalamnya. Jika modernisasi yang dimaksud ialah tajdid, tentu membawa persoalan. Demikian pula rasionalisasi adalah penggunaan akal maka tidak ada yang baru dalam hal tersebut. Namun dalam islam penggunaan akal (yatafakkar) harus diimbangi dengan berzikir menggunakan qalb (yadhkuru). Pernyataan lainnya yakni mengenai sekulerisasi Islam yang sama dengan Harvey Coxx yang merupakan pencetus sekularisasi Kristen yang tidak ada modifikasi apapun didalamnya.

    Untuk itu solusi dari tantangan peradaban ialah pengembangan tradisi pemikiran Islam. Pengembangan ini tentu harus dilihat dulu dari kondisi umat dan problem pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang pertama ialah pesantren, ilmu fardhuain dari pesantren modern tidak bisa berintegrasi dengan ilmu fardhu kifayah. Sedangkan dalam pesantren modern masih terbuka kemungkinan atas pandangan dikotomis. Sistem madrasah yang diharapkan dapat memberi dua ilmu sekaligus ternyata berbanding terbalik, kedua-duanya bahkan tidak dapat dikuasai. Setelah itu, pada bagian perguruan tinggi Islam juga mengalami kemiskinan konsep dan kekurangan sumber daya manusia. Sehingga khazanah keilmuan tidak dikaji secara intensif, dan dalam konteks yang kekinian.

    Tradisi keilmuan ini dapat bangkit dengan cara memperkuat pandangan hidup Islam. Umat Islam perlu menggali pandangan hidup Islam dan menyebarkannya agar dimiliki oleh kaum terpelajarnya. Memperkuat pandangan hidup muslim artinya memberi solusi persoalan umat secara fundamental dan integral. Solusi yang lain ialah membangun individu melalui universitas, namun pendidikan universitas haruslah berlandaskan pada ilmu Hikmah Ilhiyah yang mempunyai Pandangan hidup Islam. Proses membangun peradaban tidak hanya dimulai dari satu bidang saja akan tetapi seluruh bidang. Maka dari itu, proyek ini disadari sebagai sesuatu yang wajib. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan adalah sentral dari bidang-bidang dan dari perkembangannya akan menurun pada bidang-bidang yang lain.

    Selanjutnya dibagian akhir saya akan membagikan beberapa ilmu yang menurut saya sering disalahpahami oleh banyak orang. Salah satunya mengenai adopsi keilmuan yang kemudian menjadikan estafet peradaban ini menjadi ada. Seperti peradaban Islam yang juga mendapat sumbangan ilmu pengetahuan dari Yunani, dan peradaban barat yang mendapat sumbangan dari Islam. Namun yang perlu ditekankan disini ialah, bahwa adopsi Ilmu ini mengalami proses epistimologi yang panjang hingga bertransformasi menjadi sesuatu yang tidak dapat dikenali lagi. Inilah yang kemudian menjadikan kita tidak bisa mengambil langsung konsep barat meskipun ia merupakan adopsi dari peradaban Islam.

    Pembaruan Islam tidak bermakna evolusioner yang berarti perkembangan bertahap dimana yang terkahir lebih baik daripada yang pertama. Namun ia lebih kepada devolusioner yakni konsep asalnya difahami dan ditafsirkan sehingga menjadi lebih jelas bagi masyarakat pada masanya dan penjelasan tersebut tidak bertentangan dengan aslinya. Wallahualam bisshawab.

0 Response to "Review Buku Peradaban Islam: Makna dan Strategi Pembangunannya Karya Hamid Fahmy Zarkasy"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel