Renungan Milad KAMMI UIN SUKA yang Ke-19
April 29, 2019
Add Comment
Gagal Mendefinisikan Diri
Oleh : Muhammad Hisyam (Ketua KAMMI komisariat UIN Sunan Kalijaga 2018-2019)
Suatu ketika di sebuah warung kopi, seorang kader KAMMI berkata, "Bang, ajarin ane tuntunan hidup".
Sederhana tapi menghenyak, kira-kira begitulah gambaran dari permintaan ini. Seketika, bualan-bualan tentang mimpi lalu-lalang dalam kepala. "Tujuan hidup kita adalah untuk menegakkan kalimatullah", salah satu yang paling ideologis. Maulah saya sampaikan itu, tapi belum sampai keluar kata-kata itu lidah saya sudah tercekat.
Realitas diri ini belumlah layak mengemban mimpi seagung itu. "Urip kuwi, sing penting ojo leren dadi wong apik", pikiran lainnya melintas. Saya sedikit sumringah memikirkan bualan ini akan dengan mudah saya sampaikan. Namun, lagi-lagi belum sempat kata itu keluar pikiran lain melintas. Sejauh ini, saya belum menjadi orang yang cukup baik, cepat-cepat saya tarik kata itu dari mulut yang mulai menganga.
Saya terdiam agak lama, begitu jauh jarak antara idealisme dan realitas kita hari ini. Berbual-bual mulut mengoceh tentang mimpi, tentang hari esok yang akan dicapai, tentang balasan Tuhan yang menanti bila kita menapaki jalan ini. Apa yang salah? Apa idealisme kita terlalu tinggi untuk manusia-manusia hari ini? Ataukah kualitas manusia kita hari mengalami terjun bebas sangat bebas bahkan. Sampai terjun ke dalam jurang, hingga mata tidak dapat lagi melihat cahaya realitas dari mimpi yang kita bangun. Seolah, realitas kita hari ini dengan mimpi yang akan dicapai, hidup dalam dua alam yang tidak pernah bersinggungan. Padahal, bukankah tugas kita ialah memperpendek jarak antara realitas dan mimpi?. Kalau keduanya hidup di dua alam yang berbeda bagaimana? Kosong.
Perkara ini seharusnya menjadi sinyal keras kepada semua pejabat-pejabat yang ada di KAMMI. Baik tingkat Komisariat, hingga pucuk tertinggi. Ini adalah sinyal bahwa KAMMI ini sedang tidak baik-baik saja. Mungkin, sebagian dari kita akan berdalih bla bla bla. Tapi tetap ini ialah tanda. Selebihnya, terserah bagaimana kita merasa.
Sebagai gerakan mahasiswa, KAMMI mempunyai perangkat-perangkat pengkaderan yang luarbiasa. Namun, alih-alih berbahagia dengan itu, kita hari ini malah membangun rasa pesimis pada hal itu. Contoh tentang IJDK, cibiran-cibiran dengan nada pesimis kerapkali kita temui, IJDK KAMMI itu IJDK malaikat-lah, terlalu tinggi-lah, dan ungkapan-ungkapan lain yang senada. Dipikirnya IJDK itu dirumuskan dengan asal-asalan dan oleh orang-orang yang kurang gawean.
Mengapa itu bisa muncul? Saya pikir itu akibat dari kegagalan kita mendefinisikan diri sebagai kader KAMMI. Kegagalan mendefiniskan diri itu boleh jadi muncul akibat kegagalan mengenali ideologi, mengenali cita-cita gerakan, singkatnya mengenali diri sendiri. Padahal dikatakan, "Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhan-Nya".
Apa keterkaitan antara mimpi dan kegagalan mendefiniskan diri?. Anis Matta menuliskan dalam salah satu bukunya, "Bagaimana kita ingin mati (dikenang), maka begitulah kita menjalani hidup".
Seorang yang ingin dikenang sebagai orang kaya, akan menjalani hidup mengejar bagaimana caranya supaya kaya. Seorang yang ingin dikenang sebagai guru, akan belajar dengan baik dan mengajar dengan baik pula. Akhirnya tujuan hidup itulah yang akan mendefinisikan diri kita sebagai apa dan apa yang akan dilakukan.
Secara umum, Allah SWT telah menggariskan tujuan akhir seorang muslim ialah keridhoan Allah SWT dengan syurga sebagai bonusnya. Khususnya, setiap muslim akan memilih peran sesuai kapasitas dan kemampuannya dalam menggapai ridho Allah. Bisa dengan jadi guru, dokter, atau yang lainnya. Lalu KAMMI? Saya pikir ini adalah wilayah mutlak individu-individu yang ada di dalamnya. Soal tujuan bukan hal yang dapat di intervensi oleh orang lain. Setiap individu di dalam KAMMI harus mencari nilainya sendiri sebagai invidu. Tapi kita harus sadar gerakan KAMMI juga punya tujuan sebagai gerakan sebagaimana termaktub dalam filosofi gerakan. Nilai itulah yang akan mendefinisikan kita.
Selamat Milad
Yogyakarta, 29 April 2019
0 Response to "Renungan Milad KAMMI UIN SUKA yang Ke-19"
Posting Komentar