Notulensi Seminar Nasional: Film Dilan 1991 dan Moral Pemuda Naik atau Merosot?
April 02, 2019
Add Comment
Notulensi Seminar Sosial Masyarakat (Sosmas) UIN Sunan Kalijaga
Tempat: IC Fishum UIN Suka
Pukul : 09.34- Selesai
Film Dilan 1991 dan Moral Pemuda Naik atau Merosot
Pengantar moderator
Motivasi ;
Sesungguhnya hubungan mu yang baik dngn Allah adalah di antara faktor terbesar kesuksesanmu
Pesan;
Sebesar-besar jihad adalah jihad melawan hawa nafsu dan kemuliaan seseorang hanyalah dilihat dari ketaqwaannya
Pemateri I
Ukh Fakhirah Inayaturrobani, S.Psi
Bukan salah dilan dan milea.
Dilan dan milea hanya 1 produk, ketika produk tersebut diterima masyarakat artinya ada kesamaan produk yg disukai masyarakat.
Perlu kita bedakan apa itu produk budaya dan
Produk apresiasi.
Mari kita mencoba mengenal Sosok Dilan. Dilan ayahnya seorang militer dan ibunya kepala sekolah. Dilan merupakan anak ke 3, kelas 2 Fisika, secara intelejensi tidak masalah, namun ia adalah ketua gang motor dan digambarkan sebagai sosok pemalas.
Menariknya fenomena dilan ini sudah ditonton oleh 6 juta lebih penonton di Indonesia.
Mengenal sosok Milea, Ayahnya juga seorang militer, dan ibunya penyanyi atau artis.
Remaja hari ini adalah orang yg paling membuat penuh indonesia. Namun Sekarang bagaimana kapasitas remaja di Indonesia?
Dilan di angkat dari kisah nyata artinya, gambaran remaja tahun 90-an seperti itu.
Remaja diteliti secara sistematis tahun 1904 (G.Stanley Hall) penelitian ini menjadi rujukan seluruh dunia. Psikologi baru megkritisi penelitian itu tahun 1945-an. Padahal teori utamaya dari Darwin Evolutioanar remaja adalah makhluk primitif labil yang bergarak menuju civilalis.
Konsep remaja tidak bebas nilai.
Kita merasa cocok dengan ramalan orang contoh, mb x agak judes dikit. Terus ada orang bilang "mb x ramah bgt" terus mb X berfikir "oo iya yaa ternyata aku ramah".
Kata ereksen umur 13-21 kita masih merasa bingung, kalu di dilan seperti mencari identitas yang tidak mau sama dengan orangtuannya, ini aku!.
Apa itu normal?
Sudah menjadi kebiasaan, ada pembanding dengan tatanan masyarakat.
Jadi siapa yang di sandarkan untuk di tarik garis normal itu?. Selalu ada standar-standar yang di buat masyarakat.
Banyak remaja remaja itu seperti apa ?
Tergantung standarnya apa kita punya setandar yang kita buat sendiri?
Seperti misalnya sosok remaja di zaman Rasulullah yaitu Sa'ad bin abi waqqasah (17 th) yang pertama melontarkan anak panah di jalan allah. Termasuk dari 6 orang ahlus syuro. Itu adalah umumnya masa remaja saat itu.
Bagaimana dengan masyarakat milenial sekarang ini?
Jawabannya tergantung setandarnya.
Jadi bukan salah dilan dan mileanya.
Berhati hatilah menentukan standar normal
Karena hari ini mendidik pemuda sholih bukan hanya tugas satu atau dua orang, tapi tugas kita semua.
Dilan miela satu produk yang di terima masyarakat, jadi apa ada yg salah dengan standar kita selama ini?
Bisa jadi ini salah kita semua yang tidak mencoba untuk bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini.
Pemateri II
Reno Anugrah Pratama, S.Sos
Bagimana film dilan 1990 sampai 1991 ?
Ketika saya memposting pamflet tentang bedah film dilan ini, Tedy senada (salah satu pemain di dalam film dilan) berkomentar di postingan saya. "Kenapa cuma film dilan yang kalian seminarkan?"
Sebagai anak bangsa kita apresiasi karya film ini, tapi yang perlu kita kritisi apa isinya?
Saya nonton film itu di hari ke-4 sudah sekitar 800k penonton. Mirisnya ketika saya masuk yang menonton ternyata anak anak SMP dan SMA, rata rata yang menonton bawa gandengan dan pacar. Saya bertemu dengan bima dan lisa (kelas 1 smp dan 6 sd, penonton dilan), kemudian saya tanya. "pacaran itu boleh atau ? enga?" Mereka menjawab "Kalau kata mama saya boleh kalau tidak berlebihan".
Miris sekali, kemudian saya tanya lagi,
"Kalau muslim boleh enga pacaran?" Kemudiam saya bacakan ayat al quran yang artinya "janganlah engkau dekati zina sesungguhnya perbuatan zina itu perbuatan yang keji"
kemudian saya lanjutkan "artinya di islam pacaran itu tidak boleh dek."
Mereka :"terus gimana dong mas kalau saya sudah bayar tiket.." kemudian saya meminta mereka untuk mencatat adegan-adegan yang tidak selayaknya di film dilan.
Kalau kita belajar tentang Iluminati semua virus disebarkan melaui kpop, drama drama melalui adegan adegan yang ada di dalamnya.
Jadi tontonan yang salah bisa menjadi tuntunan-tuntunan yang salah.
Film ini menjadi produk nasional karena pemimpin atau pemerintah memberikan dukungan terhadap film ini karena memberikan testimoni tentang film ini yakni "jadi inget istri, ingat masa lalu" Dsb.
Kenapa orang ingin nonton? Jawaban nya ya karena ada kesamaan perilaku. Akhirnya ingin melihat. Akhirnya apa? film ini semakin viral karena di dukung pemerintah dengan memberikan testimoni.
Bukan salah Dilan Dan Mileanya namun saat ini kita hanya mengkritik dan memprotes, sepertinya tidak akan didengar.
Kalau kita ingin membalas karya ya balaslah dengan karya.
Jadi ketika kita melihat fenomena yang terjadi di indonesia. Efeknya banyak orang meniru, orang salah menentukan tujuan, salah menentukan idoa.
Saya bisa menyebut film ini sebagai film deklarasi kenakalan remaja karena didukung pemerintah.
Lewat seminar ini saya megajak, Pastikan kita bisa menjadi contoh di lingkingan kita mulai dari yang terdekat.
Untuk menjadi pemuda yg hebat penting memikirkan setrategi hidup untuk benar-benar meggapai impian.
Tujuan hidup saya itu.
DBAS (Dunia Bahagia Akhirat Syurga)
Ketika kita belajar tentang kenakalan remaja. Ada hal yang perlu kita perhatikan yaitu sholat. Kenapa banyak kenakalan remaja kita perhatikan sholatnya.
Sholat adalah tiang agama.
Sukses DBAS
1. Taubat Nasuha
2. Baca Al quran dan terjemahnnya
3. Sholat tepat waktu
4. Perbanyak solat sunah
5. Giat belajar
6. Puasa sunah
7. Sedekah
8. Doa Orang Tua
Notulensi by Akhina Priya Adi Wijaya
0 Response to "Notulensi Seminar Nasional: Film Dilan 1991 dan Moral Pemuda Naik atau Merosot? "
Posting Komentar