Pelegalan Al-Aqsha atas Israel
September 03, 2018
Add Comment
Mengenai
pelegalan tanah Palestina terhadap imigran Yahudi, kita tidak dapat terlepas
dari pengaruh Raja Arab Saudi Abdul Aziz dan Presiden AS F.D. Roosevelt tentang
pembukaan lahan tersebut. Hal ini dimulai pada 14 Februari 1945 di kapal
jelajah Angkatan Laut AS di Danau Besar Bitter, Terusan Suez. Presiden AS, F.D.
Roosevelt sepulang dari pertemuan dengan PM Inggris dan Josef Stalin mulai
membicarakan tentang bisnis minyak dan teknologi. Tapi pada saat pembicaraan
mulai mengarah ke Yahudi Eropa, mereka mulai berselisih pendapat. Roosevelt
membicarakan tentang penggolan tanah Palestina terhadap imigran Yahudi.
Presiden AS itu mengeluhkan tentang orang-orang Yahudi yang enggan kembali ke
Jerman pasca masa Hitler. Roosevelt merasa bahwa mereka pantas mendapatkan
tanah yang aman di Palestina.
kasihpalestina.com
kasihpalestina.com
Namun
Raja Abdul Aziz menentang pernyataan tersebut. Baginya tanggung jawab harus diserahkan
sepenuhnya pada Jerman, bukan Arab Saudi yang tidak terlibat apapun didalamnya.
“Kesalahan apa yang dilakukan oleh orang
Arab pada Yahudi di Eropa? Warga Jerman Kristenlah yang merampas rumah mereka.”
Raja juga menambahkan, “Orang Arab dan
Yahudi tidak akan pernah bisa bekerja sama.” Pernyataan ini diungkap
berdasar catatan perjalanan yang dipublikasikan Kolonel W.A. Eddy dan Kapten John
S. Keating (komandan skuadron).
Menurut
catatan Eddy, Raja Saudi melihat peningkatan ancaman bagi eksistensi Arab di Palestina,
serta krisis imigran Yahudi yang terus berlanjut. Raja menekankan, orang Arab
akan lebih memilih mati daripada menyerahkan tanahnya untuk Yahudi. Meski Roosevelt
tidak setuju pendapat Raja, ia berjanji pemerintahannya tidak akan mengambil
kebijakan yang bisa menyinggung perasaan bangsa Arab. Tanggal 5 April 1945,
Roosevelt mengirim surat kepada Raja untuk mengonfirmasi janjinya di kapal
Quincy, Roosevelt berjanji bahwa demi masa depan Palestina ia sebagai pemimpin
eksekutif AS “tidak akan mengambil kebijakan apapun yang mungkin bisa memicu
kemarahan bangsa Arab”
Akan
tetapi, hanya 7 hari setelah surat itu dikirim, Roosevelt meninggal dunia.
Kemudian ketika Harry S. Truman menjadi Presiden, janji Roosevelt dibuang demi sebuah
kebijakan yang bertahan sampai hari ini. Kemudian Israel sebagai Negara Yahudi
dideklarasikan pada tahun 1949. Pengakuan dunia diperoleh sekitar setahun
kemudian, dua adidaya AS dan Uni Soviet menjadi yang paling awal merangkul.
Mungkin
begitulah gambaran singkat dari sejarah awal pelegalan tanah Palestina yang
menjadi sumbu konflik di tanah Al-Quds. Sebelumnya bukan bermaksud menyalahkan
pihak Arab Saudi yang saat itu bertanggung jawab atas tanah Palestina. Namun
dalam sisi ini usaha diplomasi memang bertumpu pada Raja Abdul Aziz yang
memegang tampuk pemerintahan. Dari sini kita dapat melihat pentingnya usaha
diplomasi bagi umat Islam. Mungkin itulah yang dilihat oleh Ustadz Yahya Cholil
Tsaquf dan menjadikan itu sebagai landasan atau maksud tujuan dari beliau untuk
melakukan kunjungannya ke Israel, Sehingga menjadi sesuatu yang kontroversial
saat ini. Akan tetapi menurut sudut pandang saya sendiri, hal ini bisa di
kategorikan sebagi tindakan yang mampu memberikan keuntungan lebih bagi pihak
zionis sendiri dan menimbulkan kekecewaan bagi ummat muslim di seluruh penjuru
dunia. Dalam kunjungan pertama beliau usaha beliau pemereratan hubungan agama Yahudi
dan agama Islam dapat dipandang sebagai keuntungan yang sama rata. Yakni
terjalinnya hubungan baik dari kedua agama tersebut, dalam artian keharmonisan
dalam pluralitas (terlepas dari isi pidato beliau dan kedatangannya ke tanah
palestina yang sedang dijajah Israel).
Namun
dalam kunjungan keduanya dengan Netanyahu, terlihat jelas bahwa ini bukan lagi
permasalahan antara Yahudi ataupun Islam. Namun lebih ke hubungan diplomatik
dari zionis dan perwakilan muslim yang ada di Indonesia, Netanyahu memanfaatkan
kesempatan ini dengan mengklaim bahwa masyarakat muslim dunia mulai mendekat
kepada Israel. lalu apa keuntungannya bagi umat muslim sendiri? Bagai nasi yang
sudah menjadi bubur, cara memakannya pun akan berbeda. Begitulah kiranya saya
memandang sikap hubungan diplomatik antara Israel pra-pelegalan dan pasca
pelegalan, inilah yang harus kita garisbawahi. Wallahualam bisshawab.
Oleh Salman Alfarisi
Aktivis KAMMI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Oleh Salman Alfarisi
Aktivis KAMMI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
0 Response to "Pelegalan Al-Aqsha atas Israel"
Posting Komentar