-->

Halal Bihalal Bukan sekedar Pemenuhan Tradisi

Oleh : Priya Adi Wijaya


    Setelah menjalankan ibadah puasa ramadhan satu bulan penuh.  Seluruh umat islam didunia merayakan hari raya idul fitri. Bahkan diberbagai daerah menyambut datangnya hari raya ini dengan sangat meriah. Seperti membuat tulisan-tuliasa ucapan maaf, lampu-lampu tambler warna-warni, hingga lampion disepanjang jalan kampung mereka. Selain menyambut Hari raya hiasan tersebut juga diperuntukkan untuk para anak warga kampung yang kembali dari tanah rantau yang sudah lama tidak bercengkrama dengan keluarga.  Namun tidak dengan kampung saya (klimas, sendang, karanggede, Boyolali), disini belum tampak lampu-lampu dan hiasan lainnya yang menghiasi kampung.  Malah kalah meriah jika dibandingkan dengan masa politik. Namun hal itu bukan menjadi alasan warga kampung yang merantau  untuk tidak pulang kempung ini.



    Berkumpul di hari raya merupakan tradisi yang ditunggu tunggu setiap anak rantau untuk saling memaafkan atau halal bi halal, halal bihalal yaitu tradisi yang hanya ada di Indonesia yang menjadi rangkaian acara hari Raya Idul Fitri yang maknanya saling memaafkan atau dengan saling berkunjung ke rumah saudara atau tetangga (silaturrahim) guna memohon dan memberi maaf yang diteruskan dengan saling berjabat tangan.

     Di kampung saya sendiri halal bihalal kegiatannya sangat beragam, salah satunya "Menanggap wayang" yang diselenggarakan oleh warga kampung yang sukses melanglang buana di ibu kota. Mereka membuat sebuah komunitas, mereka menamai komunitas mereka "PAKDE (paguyupan keluarga karanggede)". Tentunya kegiatan tersebut menggunakan uang pribadi mereka. Hal ini merupakan hal positif pasalnya warga sekampung berbondong-bondong untuk menyaksikan pertunjukan wayang tersebut. Hal ini membuat warga saling bersua dan saling memaafkan dengan berjabat tangan.

    Halal bihalal dihari pertama di Kampung saya setelah solat idul fitri diawali dengan mendatangi rumah nenek disana anak, putu, buyut dan cicit berkumpul dalam satu atap tentunya untuk saling memaafkan dan saling bagi-bagi THR.  Dilanjutkan dengan mendatangi rumah rumah warga. Tradisi unik yang dilakukan masyarakat Jawa khususnya kampung saya orang-orang yang usianya lebih muda wajib bertemu dirumah warga yang usianya lebih tua darinya. Namun sangat disayangkan apabila halal bihalal hanya berupa simbol atau sebagai ajang pemenuhan tradisi berlebaran. 
    
Halal bihalal haruslah dimaknai lebih dalam,  dimana halal bihalal merupakan ajang silaturahmi untuk bermaaf-maafan serta berbagi cerita kepada para saudara atau kerabat setelah satu tahun kiranya tidak berjumpa. Melaui halal bihalal tersebutlah, orang-orang yang telah lama tidak berjumpa selama bertahun-tahun di tanah rantau duduk dalam satu meja, mempererat tali silaturahmi, dan saling bersalaman erat dan bermaafan di hari yang fitri.

Penulis adalah aktivis KAMMI UIN Sunan Klaijaga Yogyakarta dan kuliah di jurusan PGMI UIN Jogja angkatan 2015.

0 Response to "Halal Bihalal Bukan sekedar Pemenuhan Tradisi "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel