Halal Bihalal Bukan sekedar Pemenuhan Tradisi
Juli 16, 2018
Add Comment
Oleh : Priya Adi Wijaya
Setelah menjalankan ibadah puasa ramadhan
satu bulan penuh. Seluruh umat islam
didunia merayakan hari raya idul fitri. Bahkan diberbagai daerah menyambut
datangnya hari raya ini dengan sangat meriah. Seperti membuat tulisan-tuliasa
ucapan maaf, lampu-lampu tambler warna-warni, hingga lampion disepanjang jalan
kampung mereka. Selain menyambut Hari raya hiasan tersebut juga diperuntukkan
untuk para anak warga kampung yang kembali dari tanah rantau yang sudah lama
tidak bercengkrama dengan keluarga.
Namun tidak dengan kampung saya (klimas, sendang, karanggede, Boyolali),
disini belum tampak lampu-lampu dan hiasan lainnya yang menghiasi kampung. Malah kalah meriah jika dibandingkan dengan
masa politik. Namun hal itu bukan menjadi alasan warga kampung yang
merantau untuk tidak pulang kempung ini.
Berkumpul di hari raya merupakan tradisi
yang ditunggu tunggu setiap anak rantau untuk saling memaafkan atau halal bi
halal, halal bihalal yaitu tradisi yang hanya ada di Indonesia yang menjadi
rangkaian acara hari Raya Idul Fitri yang maknanya saling memaafkan atau dengan
saling berkunjung ke rumah saudara atau tetangga (silaturrahim) guna memohon
dan memberi maaf yang diteruskan dengan saling berjabat tangan.
Di
kampung saya sendiri halal bihalal kegiatannya sangat beragam, salah satunya
"Menanggap wayang" yang diselenggarakan oleh warga kampung yang
sukses melanglang buana di ibu kota. Mereka membuat sebuah komunitas, mereka
menamai komunitas mereka "PAKDE (paguyupan keluarga karanggede)".
Tentunya kegiatan tersebut menggunakan uang pribadi mereka. Hal ini merupakan
hal positif pasalnya warga sekampung berbondong-bondong untuk menyaksikan
pertunjukan wayang tersebut. Hal ini membuat warga saling bersua dan saling
memaafkan dengan berjabat tangan.
Halal bihalal dihari pertama di Kampung
saya setelah solat idul fitri diawali dengan mendatangi rumah nenek disana
anak, putu, buyut dan cicit berkumpul dalam satu atap tentunya untuk saling
memaafkan dan saling bagi-bagi THR.
Dilanjutkan dengan mendatangi rumah rumah warga. Tradisi unik yang
dilakukan masyarakat Jawa khususnya kampung saya orang-orang yang usianya lebih
muda wajib bertemu dirumah warga yang usianya lebih tua darinya. Namun sangat
disayangkan apabila halal bihalal hanya berupa simbol atau sebagai ajang
pemenuhan tradisi berlebaran.
Halal bihalal haruslah dimaknai lebih dalam, dimana halal bihalal merupakan ajang
silaturahmi untuk bermaaf-maafan serta berbagi cerita kepada para saudara atau
kerabat setelah satu tahun kiranya tidak berjumpa. Melaui halal bihalal
tersebutlah, orang-orang yang telah lama tidak berjumpa selama bertahun-tahun
di tanah rantau duduk dalam satu meja, mempererat tali silaturahmi, dan saling
bersalaman erat dan bermaafan di hari yang fitri.
Penulis adalah aktivis KAMMI UIN Sunan Klaijaga Yogyakarta dan kuliah di jurusan PGMI UIN Jogja angkatan 2015.
Penulis adalah aktivis KAMMI UIN Sunan Klaijaga Yogyakarta dan kuliah di jurusan PGMI UIN Jogja angkatan 2015.
0 Response to "Halal Bihalal Bukan sekedar Pemenuhan Tradisi "
Posting Komentar