Jangan Mau dibilang Miskin, Termasuk dalam Menulis
Juni 20, 2018
Add Comment
Oleh : Ahmad Haqiqi Gaelani
Hati memang sudah menjadi kunci dari segala perilaku dan perbuatan anggota tubuh yang lainnya, jika hati baik, maka yang lainnya ikut baik pula dan sebaliknya. Begitulah paling tidak isyarat hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Ketidakadakerjaan diri ini di rumah mendorong hati ini berdetak lebih cepat, kemudian detak tersebut mengalir ke otak melalui saluran naluri ini untuk mendorongnya berpikir dan memikirkan suatu hal yang sedikit bermanfaat untuk dilakukan. Terus menerus mengalir dari otak dan memikirkan supaya memerintah tangan ini untuk mengambil sebuah pena dengan tinta hitam pekat untuk mencorat coret kertas putih ini.
rawpixel/unsplash
Dan tangan kanan ini melakukan apa yang diperintahkan oleh otak melalui kelima jari tangan, lalu mulai menulis satu demi satu, sepatah demi patah kata, yang lama kelamaan menjadi sebih kalimat sederhana namun sedikit tidak jelas, dan kalimat-kalimat itu saling bahu membahu untuk menjadikan sebuah paragraph yang utuh. Terus menerus tangan ini menulis apa pun yang terbersit dalam pikiran ini. Dan paragraph tersebut saling sambung menyambung menjadi sebuah alinea yang padu dan utuh. Jadi satu per satu alinea tersusun dengan rapi dan akhirnya menjadi sebuah tulisan penuh dalam satu halaman kertas. Tangan ini terus menuliskan pikiran, ide-ide yang keluar dan membalik halaman buku ini dan menulis kembali sampai satu lembar kertas dalam buku ini hampir penuh, dengan tulisan yang entah bermakna atau tidak.
Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah statement yaitu: "jangan pernah mau dikatakan miskin oleh orang lain, karena saya pikir semiskin miskin diri Anda, Anda adalah kaya dan bahkan sangat kaya, mau bukti? Berikut buktiny :
Jika Anda merasa miskin dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup Anda sehari hari, saya memberikan Anda uang senilai 100 juta rupiah, pasti Anda tidak menolak bukan? Tapi uang 100 juta tadi tentunya dengan syarat, yaitu Anda dimintai untuk memotong satu buku dari jari kelingking Anda, apakah Anda mau? Saya pikir Anda bakalan terdiam sejenak dan pada akhirnya menolak tawaran tersebut bukan ? itu artinya Anda sangat kaya. Bayangkan saja hanya satu buku dari jari kelingking Anda lebih besar nilainya dari uang senilai 100 juta. Bagaimana dengan seluruh anggota tubuh Anda, bilamana dirupiahkan, berapa harganya?
ya? Namun kita kadang terkukung dengan kontruksi sosial yang mendeļ¬nisikan kekayaan sebatas material saja. Kita belum memperhitungkan betapa mahalnya kesempurnaan anggota tubuh yang diciptakan Allah SWT , atau sungguh berharganya kesehatan yang dianugerahkan pada kita saat ini.
rawpixel/usplash
Begitu pula ide untuk menulis, tidak ada yang benar-benar miskin soal ide. Kumpulan ide oleh Habiburrahman El-Shirazy tak ubahnya ikan di laut yang siap dipancing kapan saja. Namun, terkadang kita terlalu senang membanding-bandingkan. Merasa minder dengan tulisan orang yang telah menulis bertahun-tahun. Dengan memiskinkan diri anda dan saya bisa saja mengatakan “saya tidak bisa menulis! Malu tulisan saya dibaca! Tulisan saya jelek, tidak sebagus tulisanya dia”.
Melalui pola pikiran seperti itu, maka selamanya kita akan terkukung dengan perasaan takut. Ketakutan untuk mengeksplorasi ide-ide, ketakutan untuk mulai menulis, dan parah lagi apabila menjadikan kita takut untuk belajar. Sejatinya menulis adalah sebuah proses pembelajaran. Dan manusia akan belajar sepanjang hayatnya. Jadi, jangan pernah berhenti untuk memancing ide-ide tulisan di lautan kehidupan ini.
Penulis Merupakan Mahasiswa Manajemen Keungan Syariah 2017 dan bagian dari angkatan Syabul Islam KAMMI UIN Jogja
0 Response to "Jangan Mau dibilang Miskin, Termasuk dalam Menulis "
Posting Komentar