-->

Kelahiran KAMMI : Antara Mengambil Nilai atau Terjebak Romantisme Sejarah

Oleh : Muhammad Hisyam

hidayatullah.com
Robert Greene, seorang penulis terkenal dengan tema-tema tulisannya berkisar tentang strategi, sumber daya, dan diplomasi. Dalam sebuah buku yang berjudul The 33 Strategies of War, pada strategi ke-31 ia menuliskan tentang kisah seorang Laksamana Muda Wilhelm Canaris  atas penyelamatan terhadap negara Spanyol, Italia, dan Inggris dari bencana sang Fuhrer, Adolf Hitler.

Wilhelm Canaris adalah orang kepercayaan Hitler, ia merupakan pemimpin Abwehr – badan intelejen rahasia dan dinas konter spionase Jerman. Canaris sebenarnya merupakan penentang paling keras terhadap Hitler. Bahkan, sejak awal Canaris meyakini bahwa Hitler hanya akan memimpin Jerman pada kehancuran. Akan tetapi, apa yang mungkin Canaris lakukan? Canaris hanya satu orang, dan mengutarakan penentangannya secara lantang terhadap Hitler hanya akan memberi Canaris sedikit publisitas dan kematian dini. Maka ia pun memilih tutup mulut, dan ketika ditwarkan menjadi pimpinan Abwehr, ia segera memanfaatkan kesempatan tersebut. Pada awalnya, Canaris mengulur waktu, meraih kredibilitas dengan karyanya dalam Abwehr dan mempelajari pemerintahan Nazi. Sementara itu, diam-diam Canaris mengorganisasikan sebuah kelompok konspirator sepaham, yang kemudian melahirkan beberapa konspirasi untuk membunuh Hitler.

Meskipun pada akhirnya usaha konspirasi Canaris tidak berhasil, bahkan hidupnya harus berakhir dengan penyiksaan dan pembunuhan. Namun, hasil dari strategi “penyusupan” yang dilakukannya begitu mencengakan, atas kepercayaan Hitler terhadapnya, Canaris berhasil mempengaruhi Hitler untuk membatalkan rencana penyerangan terhadap Spanyol, Italia, dan Inggris yang kemudian pada gilirannya secara nyata berhasil membalikkan gelombang perangnya.

Dan dalam buku yang sama, Robert Greene juga menuliskan sebuah kisah penyusupan yang ternyata sudah ada jauh ber- abad-abad sebelum peristiwa perlawanan Canaris. Yaitu kisah dalam sebuah mitologi Yunani, ketika Pryllus, putra Hermes membangun strategi penyusupan ke dalam benteng Troya menggunakan sebuah kuda kayu berongga yang sangat besar, dibangun di lepas pantai Tenedos. Kuda kayu itu dibangun sedemikian rupa, hingga mampu diisi oleh pasukan Pryllus. Pasukan pengintai Troya yang menyaksikan kuda kayu yang sangat besar di lepas pantai kemudian membawa masuk kuda tersebut ke dalam benteng Troya tanpa mengetahui bahwa mereka sedang membawa bahaya serius ke dalam benteng mereka. Menjelang tengah malam, pasukan Pryllus keluar dari pintu rahasia pada kuda raksasa tersebut, kemudian mengendap-mengendap membantai rakyat Troya dari dalam.

Begitulah, ketika mampu mengambil nilai-nilai sejarah dan menerapkan dalam kehidupan betapa dahsyat dampaknya. F.R. Ankersmit mengungkapkan bahwa  dengan mengetahui kelakuan objektif dari manusia lampau, maka sejarah berfungsi sebagai guru kehidupan. Oleh karena itu, dengan mengembangkan peristiwa-peristiwa masa silam, dapat ditimba ajaran-ajaran praktis, sehingga pada gilirannya sejarah bermakna sebagai pedoman bagi masa kini dan masa yang akan datang.

Kemudian, kembali pada judul tulisan. Refleksi kelahiran telah banyak mewarnai forum-forum diskusi KAMMI. Mulai dari masjid hingga warung kopi, dengan segala keheroik-an gerakan ini pada masa lampau. Tetapi pertanyaannya apakah KAMMI telah mampu mengambil nilai dari sejarah agung kelahirannya, ataukah hanya terjebak pada romantisme sejarah yang menghanyutkan, hanya indah di khayalan semata. Kita-lah selaku kader KAMMI yang mampu menjawabnya, dengan gerak-gerak nyata kita sebagai gerakan mahasiswa. Wallahu a’lam.

Penulis merupakan kader KAMMI UIN Jogja angkatan 2015
dan menjabat sebagai Ketua Rumpun Ahmad Dahlan periode 2017/2018


0 Response to "Kelahiran KAMMI : Antara Mengambil Nilai atau Terjebak Romantisme Sejarah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel