Kelahiran KAMMI : Antara Mengambil Nilai atau Terjebak Romantisme Sejarah
Mei 06, 2018
Add Comment
Robert Greene, seorang penulis terkenal dengan tema-tema tulisannya
berkisar tentang strategi, sumber daya, dan diplomasi. Dalam sebuah buku yang
berjudul The 33 Strategies of War,
pada strategi ke-31 ia menuliskan tentang kisah seorang Laksamana Muda Wilhelm
Canaris atas penyelamatan terhadap
negara Spanyol, Italia, dan Inggris dari bencana sang Fuhrer, Adolf Hitler.
Wilhelm Canaris adalah orang kepercayaan Hitler, ia merupakan
pemimpin Abwehr – badan intelejen rahasia dan dinas konter spionase Jerman.
Canaris sebenarnya merupakan penentang paling keras terhadap Hitler. Bahkan,
sejak awal Canaris meyakini bahwa Hitler hanya akan memimpin Jerman pada
kehancuran. Akan tetapi, apa yang mungkin Canaris lakukan? Canaris hanya satu
orang, dan mengutarakan penentangannya secara lantang terhadap Hitler hanya
akan memberi Canaris sedikit publisitas dan kematian dini. Maka ia pun memilih
tutup mulut, dan ketika ditwarkan menjadi pimpinan Abwehr, ia segera
memanfaatkan kesempatan tersebut. Pada awalnya, Canaris mengulur waktu, meraih
kredibilitas dengan karyanya dalam Abwehr dan mempelajari pemerintahan Nazi.
Sementara itu, diam-diam Canaris mengorganisasikan sebuah kelompok konspirator
sepaham, yang kemudian melahirkan beberapa konspirasi untuk membunuh Hitler.
Meskipun pada akhirnya usaha konspirasi Canaris tidak berhasil,
bahkan hidupnya harus berakhir dengan penyiksaan dan pembunuhan. Namun, hasil
dari strategi “penyusupan” yang dilakukannya begitu mencengakan, atas
kepercayaan Hitler terhadapnya, Canaris berhasil mempengaruhi Hitler untuk
membatalkan rencana penyerangan terhadap Spanyol, Italia, dan Inggris yang
kemudian pada gilirannya secara nyata berhasil membalikkan gelombang perangnya.
Dan dalam buku yang sama, Robert Greene juga menuliskan sebuah
kisah penyusupan yang ternyata sudah ada jauh ber- abad-abad sebelum peristiwa
perlawanan Canaris. Yaitu kisah dalam sebuah mitologi Yunani, ketika Pryllus,
putra Hermes membangun strategi penyusupan ke dalam benteng Troya menggunakan
sebuah kuda kayu berongga yang sangat besar, dibangun di lepas pantai Tenedos.
Kuda kayu itu dibangun sedemikian rupa, hingga mampu diisi oleh pasukan
Pryllus. Pasukan pengintai Troya yang menyaksikan kuda kayu yang sangat besar
di lepas pantai kemudian membawa masuk kuda tersebut ke dalam benteng Troya
tanpa mengetahui bahwa mereka sedang membawa bahaya serius ke dalam benteng
mereka. Menjelang tengah malam, pasukan Pryllus keluar dari pintu rahasia pada
kuda raksasa tersebut, kemudian mengendap-mengendap membantai rakyat Troya dari
dalam.
Begitulah, ketika mampu mengambil nilai-nilai sejarah dan
menerapkan dalam kehidupan betapa dahsyat dampaknya. F.R. Ankersmit
mengungkapkan bahwa dengan mengetahui
kelakuan objektif dari manusia lampau, maka sejarah berfungsi sebagai guru
kehidupan. Oleh karena itu, dengan mengembangkan peristiwa-peristiwa masa
silam, dapat ditimba ajaran-ajaran praktis, sehingga pada gilirannya sejarah
bermakna sebagai pedoman bagi masa kini dan masa yang akan datang.
Kemudian, kembali pada judul tulisan. Refleksi kelahiran telah
banyak mewarnai forum-forum diskusi KAMMI. Mulai dari masjid hingga warung
kopi, dengan segala keheroik-an gerakan ini pada masa lampau. Tetapi
pertanyaannya apakah KAMMI telah mampu mengambil nilai dari sejarah agung
kelahirannya, ataukah hanya terjebak pada romantisme sejarah yang
menghanyutkan, hanya indah di khayalan semata. Kita-lah selaku kader KAMMI yang
mampu menjawabnya, dengan gerak-gerak nyata kita sebagai gerakan mahasiswa. Wallahu
a’lam.
Penulis merupakan kader KAMMI UIN Jogja angkatan 2015
dan menjabat sebagai Ketua Rumpun Ahmad Dahlan periode 2017/2018
0 Response to "Kelahiran KAMMI : Antara Mengambil Nilai atau Terjebak Romantisme Sejarah"
Posting Komentar