Pergerakan Mahasiswa
Desember 16, 2017
Add Comment
"Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri" - Pramoedya Ananta Toer.
Pergerakan mahasiswa atau gerakan mahasiswa adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya (Wikipedia.com). Pergerakan mahasiswa indentik dengan suatu aktifitas yang meningkatkan intelektualitas kritis dan peka terhadap keadaan sosial masyarakat. Dalam pergerakan mahasiswa kita dituntut untuk mampu menjadi tombak atau garda terdepan bagi rakyat untuk menyuarakan kegelisahan dan derita kepada pejabat penguasa. Sebab hanya mahasiswalah yang dapat mengkritisi dan mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintahan yang berkuasa atau pun mengkritis masalah sosial lainnya.
Dalam perjalanan sejarah perjuangan nasional Indonesia, kita ketahui bersama bahwa gerakan mahasiswa memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia mulai dari masa penjajahan, orde lama, orde baru, hingga kini masa reformasi. Jiwa-jiwa perjuangan mereka seluruhnya didedikasi untuk keadilan dan kehidupan yang sejahtera untuk seluruh bangsa.
Namun seiring berjalannya waktu, gerakan mahasiswa telah kehilangan makna pergerakannya. Gerakan mahasiswa yang dinaugi dalam suatu organisasi kemahasiswaan cenderung hanya sebagai penyelenggara acara-acara tertentu agar tetap dikenal. Terjebak dalam romantisme masa lalu dan cenderung mementingkan kepentingan pribadi. Ataupun menjadi masa penggerak untuk kepentingan politisi penguasa.
Sisi lain, banyak pula mahasiswa yang hanya peduli pada nilai akademik tanpa peduli pada permasalah sosial politik bangsa. Atau para mahasiswa yang lebih sering pergi ke tempat pusat perbelanjaan dan duduk manis disana atau pun nongkrong ditempat-tempat hits yang jauh dari kehidupan rakyat kecil. Mahasiswa-mahasiswi lebih memilih pergi nonton ke bioskop, bercerita tentang film-film ter-update, artis-artis idola ataupun menggunjing teman. Dan apabila mereka menyaksikan demo, seringkali keluar cibiran pada para pendemo yang menyebabkan macet.
Mengutip pendapat dari salah seorang mahasiswa FISIPOL UGM dalam Harian Progresif mengenai problematika diatas bahwa: “Problematika tersebut bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit (ahistoris). Tetapi tak dapat dilepaskan pada akar sejarah. Banyak pengamat menganggap hal ini adalah buah dari neoliberalisme yang menyebabkan terjadinya komersialisasi pendidikan atau analisa budaya yang melihat karena pengaruh habitus. Namun analisa tersebut mengandaikan mahasiswa sebagai makhluk yang tak bergerak yang dapat disetir kesana kemari. Padahal mahasiswa adalah manusia yang berfikir, berhasrat dan bergerak (hidup). Itu adalah faktor eksternal sedangkan faktor internal adalah tentang dinamika gerakan di tubuh organisasi mahasiswa ini. Analisa yang lebih genit lagi adalah ketika menganggap hal tersebut adalah faktor moralitas, yang solusinya adalah penanaman nilai agama atau ceramah motivasi surgawi”.
Sejarah Pergerakan Mahasiswa
Gerakan Mahasiswa Tahun 1928 – 1945
Diawali dengan kembalinya mahasiswa ke tanah air yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging (Perhimpunan Indonesia) yang kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia. Mereka membentuk kelompok studi yang berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925. Dengan munculnya gerakan tersebut tercetuslah Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta.
Gerakan mahasiswa tahun 1945, dikenal dengan istilah Angkatan Muda 45 yang bersejarah. Gerakan ini membentuk kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
Gerakan Mahasiswa Tahun 1966
Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan 66, diawali dengan kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, dimana sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Borneo, dst. Angkatan 66 ini mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten Negara. Dan berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakyat. Peralihan ini menandai berakhirnya Orde Lama berpindah ke Orde Baru. Meski ada sebagian yang mengatakan bahwa gerakan 66 yang anti Soekarno –yang saat itu mengakomodir PKI- merupakan kegagalan mahasiswa pada saat itu karena ditunggangi kepentingan Soeharto. Namun terlepas dari kepentingan tersebut gerakan ini merupakan gerakan yang merubah sejarah bangsa Indonesia.
Gerakan Mahasiswa Tahun 1972
Gerakan ini dikenal dengan terjadinya peristiwa MALARI (Malapetaka Lima Belas Januari). Tahun angkatan gerakan ini menolak produk Jepang dan sinisme terhadap warga keturunan. Tokoh mahasiswa yang mencuat pada gerakan mahasiswa ini seperti Hariman Siregar, sedangkan mahasiswa yang gugur dari peristiwa ini adalah Arif Rahman Hakim.
Gerakan Mahasiswa Tahun 1980
Gerakan pada era ini tidak popular, karena lebih terfokus pada perguruan tinggi besar saja. Puncaknya tahun 1985 ketika Mendagri (Menteri Dalam Negeri) Saat itu Rudini berkunjung ke ITB. Kedatangan Mendagri disambut dengan Demo Mahasiswa dan terjadi peristiwa pelemparan terhadap Mendagri. Buntutnya Pelaku pelemparan yaitu Jumhur Hidayat terkena sanksi DO (Droup Out) oleh pihak ITB.
Gerakan Mahasiswa Tahun 1990
Isu yang diangkat pada gerakan era ini sudah mengerucut, yaitu penolakan diberlakukannya terhadap NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus / Badan Kordinasi Kampus) yang membekukan Dewan Mahasiswa (DEMA/DM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Pemberlakuan NKK/BKK mengubah format organisasi kemahasiswaan dengan melarang Mahasiswa terjun ke dalam politik praktis, yaitu dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, dimana Organisasi Kemahasiswaan pada tingkat Perguruan Tinggi bernama SMPT (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi). Organisasi kemahasiswaan seperti ini menjadikan aktivis mahasiswa dalam posisi mandul, karena pihak rektorat yang notabane perpanjangan pemerintah (penguasa) lebih leluasa dan dilegalkan untuk mencekal aktivis mahasiswa yang berbuat “over”, bahkan tidak segan-segan untuk men-DO-kan. Mahasiswa hanya dituntut kuliah dan kuliah saja. Di kampus intel-intel berkeliaran, pergerakan mahasiswa dimata-matai. Maka tidak heran jika misalnya hari ini menyusun strategi demo, besoknya aparat sudah siap siaga. Karena banyak intel berkedok mahasiswa.
Pemerintah Orde Baru pun menggaungkan opini adanya pergerakan sekelompok orang yang berkeliaran di masyarakat dan mahasiswa dengan sebutan OTB (organisasi tanpa bentuk). Masyarakat pun termakan dengan opini ini karena OTB ini identik dengan gerakan komunis.
Sikap kritis mahasiswa terhadap pemerintah tidak berhenti pada diberlakukannya NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap refresif Pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indoenesia), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung.
Gerakan Mahasiswa Tahun 1998
Gerakan mahasiswa era sembilan puluhan mencuat dengan tumbangnya Orde Baru dengan ditandai lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, tepatnya pada tanggal 12 Mei 1998.
Gerakan mahasiswa tahun sembilan puluhan mencapai klimaksnya pada tahun 1998, diawali dengan terjadi krisis moneter di pertengahan tahun 1997. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa ORBA, tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda Reformasinya mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan rakyat dalam mengubah kondisi yang ada, kondisi dimana rakyat sudah bosan dengan pemerintahan yang terlalu lama 32 tahun. Politisi diluar kekuasaan pun menjadi tumpul karena terlalu kuatnya lingkar kekuasaan, dan dikenal dengan sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan Golkar).
Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPR/MPR menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen mahasiswa dengan berbagai atribut almamater dan kelompok semuanya tumpah ruah di Gedung Dewan ini, tercatat FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta), FORBES (Forum Bersama), dan FORKOT (Forum Kota). Sungguh aneh dan luar biasa, elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan: Turunkan Soeharto. Memang lengsernya Soeharto seolah menjadi tujuan utama pada gerakan mahasiswa sehingga ketika pemerintahan berganti, isu utama kembali kepada kedaerahan masing-masing.
Reformasi terus bergulir, perjuangan mahasiswa tidak akan pernah berhenti sampai disini. Perjuangan dari masa ke masa akan tumbuh jika penguasa tidak berpihak kepada rakyat. Dari peristiwa-peristiwa gerakan mahasiwa di atas dapat kita simpulkan bahwa Mahasiswa memiliki peran penting dalam memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan rakyat Indonesia dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan segala bentuk pergerakan, perjuangan, bahkan perlawanan.
Untuk itu ada baiknya kita merenung bersama akan peran mahasiswa sebagai Iron Stock, Guardian of Value, dan Agent of Change. Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya. Dan terakhir Mahasiswa sebagai Agent of Change. Artinya adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul, “Kenapa harus ada perubahan???”. Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita pandang kondisi bangsa saat ini. Kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Seperti korupsi yang tidak pernah ada hentinya. Selanjutnya mengapa kita harus melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak dan pasti akan terjadi walaupun kita diam .
Dari penjelasan tersebut dapat kita lihat bahwa, di era pra kemerdekaan, demonstrasi sangat minim dilakukan mengingat jumlah dan paradigma masyarakat yang masih rendah. Pascakemerdekaan awal, demonstrasi mampu menunjukkan eksistensi intelektual muda. Pada orde baru, demonstrasi sempat mengalami pasang surut dengan adanya operasi oleh Kopkamtibnas. Puncak dari penyikapan orde baru ada pada 1998.
Tujuan dari setipa pergerakan adalah perbaikan. Berbagai macam cara dan sarana dapat mendukung tercapainya tujuan, selama tidak melanggar batas baik agama, moral dan hukum. Pergerakan mahasiswa hari ini perlu kembali direfleksikan agar antara effort dengan hasil berbanding lurus.
Pada akhirnya, segala impian yang sudah diperjuangkan perjuangan dengan pergerakan mahasiswa bolehlah tetap ada tetapi jangan sampai kita terus terbuai olehnya. Tetap beraksi, fokus, dan mengedepankan intelektualitas sebagai kekuatan satu-satunya kita. Mahasiswa tidak bertindak dengan senjata. Bagi kami, senjata adalah kata-kata yang keluar dari kemurnian hati dan kejujuran dalam bertutur.
Sri
sumber gambar : selasar.com
0 Response to "Pergerakan Mahasiswa"
Posting Komentar