-->

Resume Buku : BAB Gerakan Pendidikan-Sosial dan Politik Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Deliar Noer)


Oleh : Lingga Yuwana 

A.    Gerakan Pendidikan Dan Sosial
Gerakan Pendidikan dan Sosial, sebenarnya sudah ada semenjak Belanda belum masuk ke Nusantara. Gerakan ini pada awalnya hanya di tunjukan untuk menyalurkan ilmu yang ulama dan cendekiawan dapatkan pada waktu itu. Karena tradisi seperti itu masih sangat kental. Gerakan pendidikan dan sosial baru muncul kepermukaan ketika Belanda masuk ke Nusantara, dan mulai mencoba untuk menguasai kekayaan yang ada di bumi Nusantara. Segala cara mereka lakukan untuk membuat rencana mereka berhasil, termasuk untuk memecah tatanan sosial masyarakat yang terjalin sangat kuat dan membuat rakyat pribumi menjadi “bodoh”. Hal ini lah yang membuat para cendekiawan, ulama-ulama waktu itu gelisah, dan mulai untuk melakukan sebuah perlawanan, salah satunya dalam bidang pendidikan dan sosial.
Asal usul pertumbuhan gerakan modern Islam dalam bidang pendidikan dan sosial, bisa kita lihat muncul pada awal pergantian abad ini, sekitar abad ke 18 dan 19. Gerakan ini muncul dari kesadaran masyarakat yang menyadari bahwa, mereka tidak akan bisa berkompetisi dengan kekuatan-kekuatan dari pihak lain, terutama pihak kolonialisme Belanda pada waktu itu. Gerakan ini juga bermula dari penetrasi Kristen terhadap wilayah-wilayah di Asia, dengan mencoba mulai mengokohkan atau menyebarkan pahamnya ke negara lain di luar Barat. Masyarakat mulai sadar akan nasib perjuangan mereka membela dan menyebarkan Islam, jika terus menggunakan metode tradisional. Menurut mereka, kita perlu melakukan perubahan-perubahan di berbagai bidang, terutama dalam hal metode yang dipakai.  Kita perlu melakukan penerapan metode-metode baru dalam melawan imperialisme Barat dan misi yang di bawa oleh Kristen, sehingga masyarakat muslim, di Indonesia khususnya dapat mengatasi Barat dalam ilmu pengetahuan, dan mencegah misi yang dibawa Kristen untuk meluaskan ajarannya. Dengan hal ini diharapkan kita dapat membalikan asumsi-asumsi diatas, sehingga kejayaan Islam dapat terulang kembali.
Gerakan ini bisa kita lihat pertama kali di daerah Minangkabau. Gerakan ini pertama kali dipelopori oleh seorang Syaikh yang bernama Syaikh Ahmad Khatib. Syaikh Ahmad Khatib lahir di Bukittinggi pada tahun 1855, beliau lahir dari kalangan keluarga yang kuat dalam agamanya. Syaikh Ahmad Khatib mengenyam pendidikan dasar dan menengahnya di daerah kelahirannya ini, kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke Mekah, sekaligus melaksanakan ibadah haji pada tahun 1876. Di Mekah inilah kemudian Syaikh Ahmad Khatib menjadi imam dari madzhab Syafi’i di Masjid al-Haram. Karena hal inilah akhirnya Syaikh Ahmad Khatib tidak kembali lagi ke Minangkabau, namun begitu pemikiran dan ajarannya terus berlanjut lewat muridnya yang belajar kepada beliau di Mekah, diantara muridnya adalah Syaikh Muhammad Djamil Djambek, Haji Abdul Karim, Haji Ahmad Dahlan dan Kiyai Hasjim Asjari. Selain Sayikh Ahmad Khatib, ada juga Syaikh Thaher Djalaluddin, Syaikh Muhammad Djamil Djambek, Haji Abdul Karim Amrullah, yang keduanya merupakan murid Syaikh Ahmad Khatib, dan masih banyak lagi syaikh-syaikh berpengaruh dalam masa awal gerakan Islam modern  di Indonesia.
Kesemua Syaikh diatas bergerak dalam bidang pendidikan, mereka semua menjadi guru, suatu lapangan pekerjaan yang secara tradisional memang merupakan profesi para ulama di masa sebelumnya. Para tokoh-tokoh pembaharu di atas menekankan pentingnya pendidikan dalam membina dan membentuk generasi muda. Gerakan ini bisa kita lihat dari banyaknya sekolah-sekolah dan lembaga sejenisnya yang dibangun oleh para tokoh tersebut. Lembaga-lembaga tersebut diantaranya adalah Sekolah Adabiyah di Padang, sekolah ini berdiri sekitar tahun 1909 dengan kira-kira 20 orang murid. Surau Jembatan Besi. Surau Jembatan Besi ini merupakan cikal bakal terbentuknya sekolah yang terkenal di Mianangkabau, yaitu sekolah Thawalib, materi utama yang di ajarkan adalah fiqh dan tafsir al-Quran. Dalam perkembangannya, sekolah Thawalib melebarkan sayapnya dengan kembali memanggi alumni-alumni sekolah yang sudah tidak memiliki hubungan lagi, untuk ikut bergabung kembali menjadi pengajar di sekolah. Kemudian kelompok ini dikenal dengan Persatuan Muslim Indonesia. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1929.
Pada perkembangan selanjutnya, peranan orang-orang asing sangatlah penting di Indonesia, terutama masyarakat Arab. Meskipun masyarakat Arab tidak secara langsung aktif dalam berinteraksi dengan masyarakat Indonesia, salah satunya karena faktor bahasa. Masyarakat Arab dikatakan berpengaruh karena mereka memiliki agama yang sama dengan mayoritas warga Indonesia dan juga mereka banyak yang mulai berdatangan ke Indonesia dengan berbagai macam tujuan. Banyak dari mereka yang datang ke Indonesia dari Hadramaut. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan orang China, pengaruh orang Arab ini masih kalah. Dengan banyaknya sentuhan dengan budaya dari bangsa lain, menyebabkan masyarakat Indonesia mulai bisa berpikir luas, sehingga taqlid-taqlid terhadap satu tokoh mulai di hilangkan. Hal ini juga yang pada perkembangannya membuat banyak tokoh mendirikan suatu organisasi modern yang bahkan masih menancapkan pengaruhnya hingga saat ini. Beberapa diantaranya adalah Persyerikatan Ulama, yang diprakarsai oleh Haji Abdulhalim dan Hyatul Qulub pada tahun 1911 di Majalengka, Jawa Barat. Kemudian Muhammadiyah, yang didirikan Kiyai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912, dan  Persatuan Islam (Persis), yang lahir di Bandung pada permulaan tahun 1920-an ketika orang-orang Islam di daerah-daerah lain telah lebih dahulu maju dalam berusaha untuk mengadakan pembaharuan dalam agama.

B.    Gerakan Politik
Asal usul dan pertumbuhan gerakan ini sangat identik dengan munculnya Sarekat Islam, yang awalnya bernama Sarekat Dagang Islam. Kemudian muncul Partai Islam Indonesia pada tahun 1937, yang menjadi harapan bangsa Indonesia untuk menjejaki hal yang lebih baik. Namun harapan ini hilang ketika Jepang masuk ke Indonesia. Sarekat Dagang Islam (SDI) muncul atau didirikan sebagai respon terhadap kebijakan pemerintah Belanda. Yaitu dengan mengajak pemodal asing untuk menguasai Nusantara. Dengan menjadikan Nusantara sebagai pusat bahan mentah sekaligus menjadikan Nusantara sebagai pasar bagi industri atau hasil produkis Barat. Jadi, Barat, khusunya Belanda menjadikan Nusantara sebagai pusat pengambilan bahan mentah untuk industri mereka, dan hasilnya mereka jual kembali ke Nusantara.
Sarekat Dagang Islam, pertama kali didirikan oleh Haji Samanhoedi (1285-1376 H/1868-1956 M) pada 16 Sya’ban 1323, atau senin legi 16 Oktober 1905, di Surakarta. Untuk memperluas kekuasaan dan pamornya, Sarekat Dagang Islam, yang pada waktu itu baru berdiri, mengeluarkan Buletin Taman Pewarta (1902-1915 M). Selanjutnya untuk mengimbangi ekspansi para usahawan China ke Nusantara lewat perdagangan batik, dijalinlah sebuah kerjasama niaga dengan pengusaha China dengan nama Kong Sing. Dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam, yang pamornya terus meningkat, membuat pemerintah Belanda khawatir akan terganggunya pemerintahan atau kebijakan yang mereka lakukan. Sehingga, pemerintah Belanda membentuk suatu organisasi untuk menandingi Sarekat Dagang Islam, yaitu dengan membentuk Sarekat Dagang Islamiyah, yang diketuai oleh RMT Adhisoerjo (1880-1918) yang merupakan salah satu orang kepercayaan pemerintah Belanda saat itu. Ini terbukti dengan keterlibatannya dalam mensukseskan kerja paksa tanam kopi di Bogor. 
Sarekat Islam, sebenarnya telah didirikan tahun 1324 H/1906 M di Surakarta setahun setelah berdirinya Sarekat Dagang Islam. Kedua organisasi ini, Sarekat Dagang Islam dan Sarekat Islam, sama-sama lahir dan di prakarsai oleh Haji Samanhoedi, namun Sarekat Islam yang dikenal sebagai gerakan politik pertama baru populer dibawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto di Surabaya. Perkembangan Sarekat Islam dapat dibagai kedalam empat bagian, yaitu periode pertama, pada tahun 1911-1916, periode ini dikenal sebagai periode awal Sarekat Islam yang didirikan di Solo, tanggal 11 November 1912, yang awalnya bernama Sarekat Dagang Islam.  Kedua, dari tahun 1916-1921, yang dapat dikatakan sebagai periode puncak; ketiga, dari tahun 1921-1927, yang dikenal sebagai periode konsolidasi. Pada periode inilah Sarekat Islam mendapat banyak tantangan, terutama dari Partai Komunis. Dan keempat, dari tahun 1927-1942, merupakan tahun dimana Sarekat Islam mencoba tetap mempertahankan eksistensinya dalam dunia perpolitikan di Indonesia.
Selain Sarekat Islam, sejarah juga mencatat ada partai lain yang juga turut ikut andil dalam kancah perpolitikan Indonesia pada masa awal. Partai itu adalah Persatuan Muslim Indonesia dan Partai Islam Indonesia. Persatuan Muslim Indonesia mulainya merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, kemudian lewat kedua tokohnya yang terkenal, yaitu Haji Iljas Jakub dan Haji Muchtar Lutfi, organisasi ini bertransformasi menjadi partai politik. Haji Iljas Jakub lahir pada tahun 1903 di Asam Kumbang, Minangkabau. Sedangkan Haji Muchtar Lutfi lahir di Balingka, Bukittinggi, pada tahun 1900, yang merupakan anak seorang ulama yang bernama Haji Abdul Latif. Kedua tokoh ini pernah mengenyam pendidikan di Mesir, sebelum mereka mengajar dan aktif dalam politik Indonesia.
Gerakan-gerakan diatas tentu mendapat respon yang serius dari pemerintahan Belanda, yang waktu itu masih menguasi wilayah-wilayah di Indonesia. Respon Belanda terhadap gerakan-gerakan yang muncul tidak tetap, disatu pihak  mengatakan bahwa Islam hanya sebuah agama, dan natral terhadapnya. Namun dilain pihak, Belanda malah sebaliknya, dan bersikap diskriminatif terhadap Islam dengan memberi kelonggaran lebih banyak terhadap misionaris Kristen, bahkan memberikan bantuan uang. Pemerintah juga melarang aktivitas misionaris Islam di wilayah animisme, sedangkan misionaris Kristen diberi keleluasaan untuk masuk. Pemerintah Belanda juga membiarkan segala bentuk penghinaan terhadap Islam, selain itu segala bentuk tulisan dari seorang muslim yang dianggap menghina kebijakan pemerintah dan dianggap merugikan pemerintah Belanda dan orang Kristen langsung dibungkam. Orang Islam melihat kebijaksanaan Belanda di Indonesia sebagai upaya untuk memperlemah kedudukan Islam di negeri ini.

1 Response to " Resume Buku : BAB Gerakan Pendidikan-Sosial dan Politik Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Deliar Noer) "

  1. This does not matter. If build a resume is a problem - use sensible formatting and fonts so that you comfortably fill one side of A4.resume build

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel