November 03, 2015
Add Comment
WAKTU
Sebuah kata yang tak asing kita dengar namun terkadang kita sering mengabaikannya, kata waktu yang memang terdengar berat bak sebuah amanah yang kita pikul bila bisa memaknainya di dalam kehidupan kita, karena waktu nantinya akan dipertanggungjawabkan dan dihisab pada hadapan-Nya diakhir, pertanyaannya sudah seberapa jauh kita mengabaikan waktu? dan sudah seberapa dekat niat kita untuk mendekatkan waktu tersebut ke dalam kehidupan kita. Orang Inggris memiliki jargon Time Is Money karena memang setiap detik mereka gunakan untuk bekerja yang nantinya menghasilkan uang. Orang Arab mengatakan Al-Waktu Kassaif yaitu waktu bagaikan sebuah pedang, bila kita tidak bisa mengendalikannya, maka pedang itu akan menusuk kita sendiri, begitu juga dengan waktu. Yang lucu ini orang Indonesia, mereka beranggapan bahwa waktu adalah Karet, yang bisa melar jauh kesana-kemari, karena kebanyakan orang Indonesia selalu menunda hal ini atau itu sehingga semua tidak sesuai target yang direncanakan. Jangan salahkan Negara bila tidak bisa menjadi bangsa yang maju.
Kehidupan terus berjalan, bergulir seiring putaran waktu yang mengiringi langkah-langkah kita. Sejak terbit matahari sampai terbenam di ufuk Barat, menemani ke peraduan. Tidak ada yang berbeda diantara kita dalam jumlah waktu yang dimiliki, tetap 24 jam sehari. Ia datang dan berlalu pergi. Hanya orang-orang yang mampu berpikir dan menggunakan waktu dengan bijaklah yang mampu “Berhasil” mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebaliknya, kehinaan dan kenestapaanlah yang akan dimiliki oleh orang-orang yang malas dan gagal dalam menggunakan waktunya. Meskipun waktu sebenarnya salah satu kebohongan dunia yang paling nyata dan ketara (tidak ada waktu yang tepat karena meskipun jam dan menit tepat, detik selalu berputar dan berjalan terus tanpa henti), namun dengan waktu tersebut sebenarnya kita bisa mengendalikan diri ini dalam aktivitas keseharian dengan memanajemen waktu yang baik untuk menjadi orang sukses nantinya. Waktu ibarat desiran angin, yang terkadang meninabobokan, membuat terkantuk bahkan tertidur lelap. Ia ada di setiap penjuru kota dan desa, di gunung dan di pantai, di sudut-sudut ruang kehidupan. Pergerakannya kadang tak disadari. Kehadirannya terlupakan padahal setiap harinya ia menemani setiap langkah kita. Itulah sang waktu, kita akan merugi jika tidak menggunakan waktu secara bijak.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang merupakan salah satu di antara dua kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Tetapi sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan hal ini dan terlena dengannya. Beliau bersabda: “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (HR. Bukhari & Muslim). Dan dalam Taujih Ustadz Anis Matta mengatakan bahwa, “Orang-orang beriman membagi waktu - seperti juga hidup – ke dalam waktu dunia dan waktu akhirat. Itu 2 sistem waktu yang sama sekali berbeda. Waktu dunia adalah waktu kerja. Waktu akhirat adalah waktu pertanggungjawaban dan pembalasan atas nilai waktu kerja di dunia. Waktu kerja di dunia mengharuskan kita memaknai setiap satuan waktu sebagai satuan kerja. 1 unit waktu harus sama dengan 1 unit amal. Persamaan itu, 1 unit waktu sama dengan 1 unit kerja, membuat hidup kita jadi padat sepadat-padatnya, nilai waktu terletak pd isinya, kerja”
Mereka yang rugi karena waktu adalah mereka yang tidak dapat membawa raport yang baik di akhirat sana. Penyesalan demi penyesalan mereka ucapakan karena kelalaian mereka saat muda dan saat kesempatan beramal masih terbuka. Diantara kerugian yang mengakibatkan penyesalan tersebut antara lain : Pertama : Orang-orang yang menunda untuk beramal shalih. Kita sering mengatakan “Iya nanti sajalah”, demikian yang dikatakan dalam rangka menunda-nunda pekerjaaan atau amalan padahal masih bisa dilakukan saat itu. Sebenarnya hal itu dilakukan karena rasa malas. Kedua : Mereka yang hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki amal shalih saat di dunia. Keinginan dan harapan, bukan hanya milik orang-orang yang masih hidup. Keinginan dan harapan juga milik mereka yang telah mati. Jika Rasulullah sallallahu alaihi wasallam menjelaskan keinginan orang-orang shalih di alam kubur adalah kembali ke keluarga untuk menyampaikan berita gembira, maka keinginan orang-orang durhaka juga ingin dikembalikan hidup di dunia agar dapat beramal shalih. Walau kedua-duanya juga tak bisa memenuhi keinginan dan harapan mereka.
Dari pemaparan diatas kita bisa ambil kesimpulan bahwa waktu adalah sesuatu yang banyak dilupakan manusia. Maka beruntunglah orang yang dapat mengelolanya dengan baik, dan merugilah orang-orang yang terperdaya oleh waktu sehingga tidak sempat beramal shalih hingga maut menjemput. So, masih mau menunda-nunda waktu?
Kehidupan terus berjalan, bergulir seiring putaran waktu yang mengiringi langkah-langkah kita. Sejak terbit matahari sampai terbenam di ufuk Barat, menemani ke peraduan. Tidak ada yang berbeda diantara kita dalam jumlah waktu yang dimiliki, tetap 24 jam sehari. Ia datang dan berlalu pergi. Hanya orang-orang yang mampu berpikir dan menggunakan waktu dengan bijaklah yang mampu “Berhasil” mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebaliknya, kehinaan dan kenestapaanlah yang akan dimiliki oleh orang-orang yang malas dan gagal dalam menggunakan waktunya. Meskipun waktu sebenarnya salah satu kebohongan dunia yang paling nyata dan ketara (tidak ada waktu yang tepat karena meskipun jam dan menit tepat, detik selalu berputar dan berjalan terus tanpa henti), namun dengan waktu tersebut sebenarnya kita bisa mengendalikan diri ini dalam aktivitas keseharian dengan memanajemen waktu yang baik untuk menjadi orang sukses nantinya. Waktu ibarat desiran angin, yang terkadang meninabobokan, membuat terkantuk bahkan tertidur lelap. Ia ada di setiap penjuru kota dan desa, di gunung dan di pantai, di sudut-sudut ruang kehidupan. Pergerakannya kadang tak disadari. Kehadirannya terlupakan padahal setiap harinya ia menemani setiap langkah kita. Itulah sang waktu, kita akan merugi jika tidak menggunakan waktu secara bijak.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang merupakan salah satu di antara dua kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Tetapi sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan hal ini dan terlena dengannya. Beliau bersabda: “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (HR. Bukhari & Muslim). Dan dalam Taujih Ustadz Anis Matta mengatakan bahwa, “Orang-orang beriman membagi waktu - seperti juga hidup – ke dalam waktu dunia dan waktu akhirat. Itu 2 sistem waktu yang sama sekali berbeda. Waktu dunia adalah waktu kerja. Waktu akhirat adalah waktu pertanggungjawaban dan pembalasan atas nilai waktu kerja di dunia. Waktu kerja di dunia mengharuskan kita memaknai setiap satuan waktu sebagai satuan kerja. 1 unit waktu harus sama dengan 1 unit amal. Persamaan itu, 1 unit waktu sama dengan 1 unit kerja, membuat hidup kita jadi padat sepadat-padatnya, nilai waktu terletak pd isinya, kerja”
Mereka yang rugi karena waktu adalah mereka yang tidak dapat membawa raport yang baik di akhirat sana. Penyesalan demi penyesalan mereka ucapakan karena kelalaian mereka saat muda dan saat kesempatan beramal masih terbuka. Diantara kerugian yang mengakibatkan penyesalan tersebut antara lain : Pertama : Orang-orang yang menunda untuk beramal shalih. Kita sering mengatakan “Iya nanti sajalah”, demikian yang dikatakan dalam rangka menunda-nunda pekerjaaan atau amalan padahal masih bisa dilakukan saat itu. Sebenarnya hal itu dilakukan karena rasa malas. Kedua : Mereka yang hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki amal shalih saat di dunia. Keinginan dan harapan, bukan hanya milik orang-orang yang masih hidup. Keinginan dan harapan juga milik mereka yang telah mati. Jika Rasulullah sallallahu alaihi wasallam menjelaskan keinginan orang-orang shalih di alam kubur adalah kembali ke keluarga untuk menyampaikan berita gembira, maka keinginan orang-orang durhaka juga ingin dikembalikan hidup di dunia agar dapat beramal shalih. Walau kedua-duanya juga tak bisa memenuhi keinginan dan harapan mereka.
Dari pemaparan diatas kita bisa ambil kesimpulan bahwa waktu adalah sesuatu yang banyak dilupakan manusia. Maka beruntunglah orang yang dapat mengelolanya dengan baik, dan merugilah orang-orang yang terperdaya oleh waktu sehingga tidak sempat beramal shalih hingga maut menjemput. So, masih mau menunda-nunda waktu?
0 Response to " "
Posting Komentar