Ketika Al-Qur'an "Dicuri" Ant-Man
Oktober 16, 2015
Add Comment
JENIUS. Sebuah kata yang tepat untuk
menggambarkan garapan serius film gawean Marvel besutan sutradara Peyton Reed,
Ant-Man. Film ini menceritakan Scott Lang (Paul Rudd) yang frustrasi akibat
sempat menjadi narapidana, tak ada satupun tempat kerja yang mau merekrutnya. Percaya
diri karena dirinya adalah seorang Sarjana Teknik Listrik, gerai fast food
Baskin-Robbins pun menolaknya karena perangainya yang dinilai buruk. Padahal, dia
memiliki tanggung jawab tunjangan putrinya, Cassie yang kini tinggal bersama
ibunya dan tunangannya yang berprofesi sebagai polisi.
Putus
asa, Scott kembali ke profesi awalnya sebagai pencuri. Targetnya, rumah milik
ilmuwan jenius dan miliarder Hank Pym (Michael Douglas). Namun, apa yang ia
temukan di sana bukanlah harta sebagaimana yang diinginkannya, melainkan sebuah
kostum superhero merah-hitam yang dikiranya justru pakaian safety penunggang
sepeda motor. Selanjutnya, Anda bisa tonton sendiri. Karena tulisan ini
bukanlah sekadar me-review (calon) film sukses Hollywood tersebut.
Saya
sungguh tergelitik dan terkagum-kagum ketika melihat bagaimana sesosok semut
dapat disulap menjadi begitu spesial. Pelbagai jenis semut, nama ilmiah, serta
spesifikasinya disebutkan dalam film tersebut. Alasan lain yang membuat semut
diangkat menjadi tema pahlawan super adalah kekuatan dan kesolidannya dalam
bekerja. Semut mampu mengangkat beban yang 50 kali lebih berat beban tubuhnya
sendiri. Dan kelebihan-kelebihan ini diangkat dengan sangat cantik dalam film
Ant-Man, sehingga kita menganggap bahwa semut memang benar-benar hewan yang
luar biasa hebatnya. Semut bukanlah pengganggu sebagaimana yang dianggap oleh
sebagian orang.
Di sisi
lain, saya langsung teringat dengan Al-Qur’an. Di antara surat-suratnya yang
berjumlah 114 buah, salah satunya bernama Semut. Surat ke-27 dalam Al-Qur’an
dinamai An-Naml yang berarti semut, dikarenakan ada dua ayat di dalamnya yang
menyebutkan tentang semut.
"Hingga apabila mereka sampai di
lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam
sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan
mereka tidak menyadari”, maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar)
perkataan semut itu. Dan dia berdo’a: “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk
tetap mensyukuri ni’mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada
dua orang ibu-bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan
masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.[1]
Syahdan,
justru miris yang terasa dalam hati, manakala hikmah dalam Al-Qur’an ini justru
diangkat oleh orang yang tak berkitab Al-Qur’an. Semut, yang di dalam Al-Qur’an
disebutkan sebagai hewan yang dapat diajak bekerjasama, taat pada pimpinan, dan
mengerti adab serta tata krama ini justru jarang sekali digubris oleh umat
Islam. Pembuktian-pembuktian yang dilakukan oleh para ilmuwan, tak terkecuali
ilmuwan muslim sekelas Harun Yahya, justru seakan tidak membekas dalam hati
umat Islam untuk bersatu padu melawan kemalasan untuk menumpas kebatilan. Padahal,
setiap hal yang Allah sebutkan dalam kitab-Nya, selalu menyimpan hikmah yang
sangat berharga, tak terkecuali makhluk kecil bernama semut. Hikmah yang Allah
tebar, justru telah lebih dulu disambar oleh pihak Hollywood.
Berkaitan
dengan hikmah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah memberikan tanggapannya: “Andaikata
kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya,
maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas,
pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika
dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah
sinar matahari. Dan ini pun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari
sekedar gambaran ini.”[2]
Menariknya,
Alkitab pun mengangkat semut sebagai hewan yang dapat memberikan pelajaran dan
tamparan bagi para pemalas. Barangkali, mereka mengangkat superhero Ant-Man
justru karena terinspirasi dari sana.
“Hai pemalas, pergilah kepada semut,
perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya,
pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan
mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Hai pemalas, berapa lama lagi engkau
berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? “Tidur sebentar lagi,
mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring”,
maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan
seperti orang yang bersenjata.”[3]
Film
Ant-Man benar-benar mengangkat derajat semut. Film ini dapat memberi kabar
kepada kita, bahwasanya semut adalah hewan yang dapat diorganisasi dengan baik,
dan memberikan manfaat, bukan mudharat. Seperti halnya manusia yang mempunyai
berbagai kemampuan berbeda-beda, semut pun demikian. Ketika Scott Lang bertanya
apa yang dibutuhkan oleh semut-semut yang tangguh tersebut, Hank Pym dengan
yakin menjawab, “Mereka butuh pemimpin.” Ya, mereka butuh pemimpin agar
bekerja secara terorganisasi dan mampu menggapai tujuannya. Demikian halnya
manusia, ketika masing-masing mengedepankan egonya dan merasa dirinyalah yang
paling hebat, maka yang terjadi adalah kehancuran. Namun apabila
manusia-manusia tersebut mempunyai satu pemimpin yang amanah, kompeten, dan
cerdas; maka mereka akan bersatu mengenyahkan segala perbedaan untuk menggapai
satu tujuan. Namun, adakah kita dapat mengambil pelajaran? Sayangnya, pelajaran
ini justru diambil dan diangkat oleh proyek besar zionis bernama Hollywood. Umat
Islam akan terus terpuruk, manakala tidak dapat mengambil pelajaran sekecil
apapun dari segenap peristiwa yang terjadi serta tanda-tanda kekuasaan Allah
berupa "qawliyah" maupun "kauniyah". Dan Scott Lang dalam film
tersebut, sangat mampu mengadopsi pelajaran dari Nabi Sulaiman alayhissalam;
yakni mengatur pasukan dari berbagai macam spesies makhluk hidup dengan bahasa
mereka masing-masing dan sesuai kemampuan mereka masing-masing.
Apabila
saya ditanya, mengapa membantu menyukseskan proyek zionis dengan menonton film
Hollywood? Lebih-lebih menontonnya langsung di bioskop yang keuntungannya tidak
jelas juntrungannya akan didistribusikan kemana. Jawaban saya; Saya tidak ingin
naif. Mayoritas film Hollywood –untuk tidak dikatakan seluruhnya, jelas lebih
memberikan nilai plus ketika ditonton ketimbang film-film produksi Indonesia. Selain
memberikan hiburan, film-film Hollywood memberikan kita banyak pelajaran dan
inspirasi terutama dalam hal makna kehidupan. Meskipun mereka melancarkan
pelbagai propaganda yang tersembunyi dalam film-filmnya. Ketimbang saya harus
menonton film-film atau sinetron (yang menjual nama) Islam, dan nyatatanya saya
harus membayar mahal akan hal itu. Tampilannya Islam, tetapi esensinya malah
melemahkan Islam. Bukannya pesimis, tetapi itulah yang banyak terjadi di lapangan.
Film yang dikemas islami tetapi menampilkan adegan bersentuhan lawan jenis yang
bukan mahram, berperilaku dengan adab-adab yang tidak islami, ataupun film
tersebut justru bukan diperankan oleh orang Islam. Jelasnya, haruskah umat
Islam menonton film bertema “Assalamu’alaykum” tetapi tidak menampilkan makna
luhur dari “Assalamu’alaykum” sama sekali? Haruskah umat Islam menonton
sinetron yang mengangkat pedagang kecil menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima tetapi tidak memberikan
nilai-nilai luhur rukun Islam sama sekali?
Pesan
saya kepada para sineas muslim; please, do something! Kami selalu
menunggu sajian-sajian film atau sinetron berkelas yang menaikkan derajat umat
Islam, memberikan hikmah, pelajaran, serta menampilkan nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam ajaran Islam. Jangan sampai terjadi lagi ketika hikmah kita
dicuri orang. Jangan biarkan anak-anak kalian dan anak-anak saya kelak, lebih
gandrung menonton sembari diracuni film Hollywood, ketimbang menonton film
islami sembari mengambil pelajaran dari Al-Qur’an.
0 Response to "Ketika Al-Qur'an "Dicuri" Ant-Man"
Posting Komentar