-->

Ketajaman Sebuah Lidah


Oleh: M. Riza Pahlefi

ليس في الجسد مضغتان أطيب من القلب و اللسان إذا طابا و لا أخبث منهما إذا خبثا
“Tidak ada dalam jasad anggota tubuh yang lebih baik dari lidah dan hati bila keduanya baik, serta tidak ada yang lebih busuk dari keduanya bila keduanya busuk.”

Lidah adalah dutanya hati, lidah merupakan cerminan hati. Lidah termasuk nikmat Allah SWT yang sangat besar bagi manusia. Kebaikan darinya melahirkan manfaat yang luas, juga kejelekan darinya membuahkan keburukan yang panjang. Lidah juga bisa menjadi alat paling penting yang dapat dimanfaatkan oleh setan untuk menjerumuskan manusia bila tidak digunakan dengan bijak dan rasa kehaati-hatian.

 Taukah kita semua mengapa Allah SWT menciptakan lidah tersimpan di dalam mulut ? Karena tugasnya adalah menerangkan apa-apa yang tersembunyi di dalam hati kepada yang diluar. Lidah merupakan sarana bagi manusia menyampaikan maksud yang diinginkan kepada orang yang diajak bicara agar dapat memahami maksudnya. Berbeda dengan fungsi telinga dan mata yang mempunyai tugas untuk menangkap informasi yang berkembang di luar untuk dimasukkan ke dalam hati dan pikiran. Kalau lidah terjulur keluar terus-menerus malah akan sangat menakutkan, karena itu jagalah lidah sebagaimana Allah SWT telah menyembunyikannya, jangan dikeluarkan jikalau tidak benar-benar dibutuhkan. 

Sebagai seorang yang menyematkan dirinya sebagai aktivis gerakan mahasiswa muslim, yang menisbahkan dirinya sebagai “muslim negarawan”, yang selalu mengerahkan kemampuan intelektual serta selalu beretorika dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya, tentulah harus dengan bijak menggunakan salah satu nikmat-Nya yang telah dianugerahkan kepada dirinya. Karena patut kita sadari, betapa banyak orang yang tergelincir karena lidahnya akibat tidak mampu menjaga ucapan dan perkataan yang keluar dari lidahnya. Mungkin sedikit timbul penyesalan disebabkan sekali tidak berbicara, namun dari sekali tersebut pasti akan sering terus-menerus menyesal akibat kelepasan berbicara dan menanggung apa yang telah diucapkannya.

Pada zaman modern ini, perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dahulu mungkin kita tidak mengenal namanya handphone, gadget, dan media sosial berbasis online. Akan tetapi, semua hal tersebut menjadi sudah biasa dan sekarang sudah menjadi kebutuhan primer bagi manusia. Dahulu orang menyampaikan pesan harus terlebih dahulu menuliskan pesannya pada secarcik kertas lalu dikirikan memlalui burung, kantor pos dan lain sebagainya. Namun dawasa ini orang-orang sudah sangat mengenal namanya WhatsApp, Blackbarry Messengger, Line, Facebook, Twitter, Instagram dan teman-teman sejenisnya. Saat ini orang-orang sudah sangat dimanjakan dengan beberapa Media Sosial yang sering kita sebut medsos untuk mengirim pesan kepada yang nan jauh disana, bahkan bisa bercengkrama dengan nyamannya, dan tentu medsos itu semua berbasis internasional bukan lagi tingkat regional ataupun nasional, sungguh pesatnya zaman.

Akan tetapi taukah kita bahwa semua medsos yang telah kita ketahui dan mungkin hampir setiap harinya kita pergunakan untuk berkomunikasi bisa jadi bumerang bagi diri kita apabila tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Karena saat ini ucapan tidak hanya disampaikan melalui lisan biasa yang tersembunyi didalam mulut, akan tetapi ucapan tersebut bisa disampaikan melalui lisan modern yaitu media sosial. Percayalah semua orang pun bisa tergelincir apabila salah sedikit saja dalam menggunakan media sosial. 

Masih hangat dalam ingatan kita kemarin akan kasus yang menimpa Florence Sihombing, salah satu mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada yang berasal dari Medan, Sumatera Utara. Entah secara sadar atau tidak, dia meluapkan rasa kekesalannya dengan tulisan yang berisikan ejeken dan cacian kepada masyarakat Jogja pada saat krisis BBM pada salah satu media sosial yang bernama “Path”. Tidak lama kemudian postingan tulisannya tersebut terbaca oleh beberapa Netizen, dengan cepatnya postingan tersebut tersebar lalu dia mendadak menjadi artis yang dicap “jelek” oleh masyarakat Jogja. Akhirnya dia pun diminta menghadap kepada rajanya Jogja, Sri Sultan Hamengku Bawono X untuk melakukan permintaan maaf kepada masyarakat Jogja. Mirisnya akhirnya diapun diproses secara hukum. 

Begitupun sebaliknya ada juga yang mendadak terkenal tingkat nasional bahkan sampai-sampai dipanggil ke salah satu stasiun televisi swasta karena posting-postingan foto dan tulisannya yang menarik netizen pada salah satu medsos yang bernama “Instagram”. Tetapi taukah kita semua, klimaks dari penggunaan medsos itu semua adalah munculnya wacana pengeluaran undang-undang perlindungan bagi Presiden RI yang melarang rakyat Indonesia untuk mengejek, mengolok, mencaci, mengkritik secara berlebihan dan lain sebagainya yang bisa merusak reputasi beliau selaku orang nomor satu di negara ini. 

Dari fenomena itu semua kembali mengingatkan kita semua bahwa seyogyanya kita menjaga lidah ataupun lisan secara proposional. Tentu lidah saat ini bukan hanya lidah yang kita punyai didalam mulut kita, akan tetapi lidah saat ini juga sudah bisa terwakili dengan adanya medsos yang fungsinya menyampaikan apa yang didalam pikiran kita secara tidak langsung melalui tulisan ataupun postingan. 

Ibnu Mas’ud merupakan salah satu sahabat Rasulullah saw pernah berkata “Lidahmu adalah pedang yang tajam yang akan memotong dirimu terlebih dahulu, dan ucapanmu adalah panah yang menembus dan akan kembali menimpamu, karena itu hematlah dalam berbicara, serta jauhilah apa-apa yang melukai hati orang lain.”. Sebagai seseorang yang menyematkan dirinya sebagai aktivis organisatoris haruslah bijak-bijak menggunakan lisan serta berpikir masak-masak sebelum berbicara dan bertindak. Jangan sampai apa yang keluar dari lidah kita, baik dari “lidah langsung” ataupun “lidah secara tidak langsung” dapat menyakiti hati sesorang diantara kita. Ingat bahwa kelak itu semua bisa jadi bumerang bagi dirinya.
     
Menjauhi Bahaya Lidah 
Menjauh dari bahaya tajamnya lidah adalah keinginan semua orang, beberapa tips yang mungkin bisa menjauhi kita dari bahaya tajamnya lidah, yakni;
1. Menjaga mulut agar tidak kemasukan barang haram.  
2. Menjaga mulut agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya. 
Karena masuk keluarnya sesuatu dari mulut itu harus benar-benar dijaga sebab letak keselamatan manusia di dunia dan akhirat terletak pada kemampuannya menjaga hal itu. 

Abu Bakar Ash Shiddiq ra, khalifah pertama pengganti Rasulullah saw, pernah memasukkan tongkat ke mulutnya untuk menjaga ucapannya lalu ia menunjuk lidahnya seraya berkata, “Inilah yang dapat mengeluarkanku dari tempat-tempat keluar (maksudnya; keluar dari batas-batas kebenaran).”

Sebagai khalifah, Abu Bakar ra dikenal orang yang paling hemat dalam berbicara. Ketika ditunjuk menjadi khalifah, ia hanya berpidato sebentar. Meskipun pidatonya sebentar, kata-katanya dihafal para sahabat dan kaum muslimin. Singkat, tetapi padat, penuh arti, dan konsisten. Semua yang dikatakan, itulah yang ada di dalam pikiran dan perasaanya. Antara ucapan dan tindakan tidak terdapat perbedaan. Antara ucapan hari ini dan besok tidak saling bertentangan. 

Mungkin solusi yang sangat jitu untuk menghindari dari bahaya tajamnya lidah adalah diam. Karena Diam membuat kita selamat dari kematian. Diam dapat menolong kita agar tidak terkena musibah dari bahaya tajamnya lidah. Dalam haditsnya, Rasulullah saw  bersabda:

الصُّمْتُ حِكْمَةٌ وَ قَلِيْلٌ فَاعِلُهُ
Artinya: “Diam itu adalah hikmah (Sunnah) tetapi hanya sedikit yang melakukkannya” (H.R Baihaqi)
Pun begitu juga diperkuat dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda : 
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (رواه البخاري)
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam.” (H.R Bukhori)
Akan tetapi, apabila kita belum mengetahui akan suatu hal, lalu malah diam pada saat kita tidak mengetahui akan suatu hal yang benar-benar belum diketahui, itu merupakan ciri orang yang tidak tau akan dirinya sendiri. 

Abu Darda’ berkata “Perlakukanlah kedua telingamu dengan proporsional  dibanding dengan  mulutmu. Karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan satu mulut dan dua telinga agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara”. Tetaplah sebagai seorang muslim untuk senantiasa menggunakan salah satu senjata yang sangat ampuh baginya yaitu lidah.  Gunakanlah lidah yang senantiasa mengeluarkan perkataan maupun ucapan demi berdakwah, saling mengingatkan kepada kebenaran dan kesabaran. Ikatlah lidah kita kecuali untuk menyatakan kebenaran, memadamkan kebathilan, menyebarkan hikmah serta senantiasa menyebut nikmat Allah SWT. Apabila kita bergaul dengan orang bodoh maka banyaklah diam, demikian pula saat bergaul dengan orang ‘alim. Diam kita kepada orang bodoh akan menambah tingkat kesabaran kita, dan diam kita kepada orang ‘alim akan menambah wawasan keilmuan kita. Dari itu bijaksanalah. Wallahu musta’aan, Wallahu a’alamu bis showab. 








0 Response to " Ketajaman Sebuah Lidah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel