GHAZWUL FIKRI
Maret 08, 2015
Add Comment
Oleh: Sulaiman Thahir
(Kepala Departemen HUMAS KAMMI UIN Sunan Kalijaga 2014-2015)
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai” [1]
Arti Ghazwul Fikri
Ghazwul Fikri bukanlah sebuah terminologi yang baru, apalagi sebagai sebuah usaha, ghazwul fikri telah muncul beratus-ratus tahun silam dan terus beranak pinak hidup hingga hari ini, sehingga bukan sesuatu yang aneh jika buah tangan dari Ghazwul Fikri ini telah begitu besar, berbahaya dan mengerikan. Islam adalah sasarannya.
Ghazwul Fikri adalah isim idhofah dalam bahasa arab, atau yang kita sebut dengan dua suku kata yang bermakna satu. Ghazwul Fikri adalah terdiri dari kata Ghazwah (serangan, perang, serbuan atau invasi) dan Fikr (yang berarti pemikiran), yang secara harfiah diartikan sebagai perang pemikiran. Namun karna begitu luas cakupan pembahasannya, tidak jarang kita temui ada yang mengartikan Ghazwul Fikri sebagai pearang urat syaraf, perang ideologi, perang budaya, perang intelektual dan juga perang peradaban. Secara terminologi (istilah) Ghazwul Fikri dapat kita jabarkan sebagai upaya-upaya yang dilakukan oleh orang-orang yang membenci Islam, untuk menyerang pemikiran umat islam dengan berbagai media [2] guna melemahkan umat Islam dari berbagai sendinya untuk kemudian rapuh dan bahkan hancur, sehingga tak mampu lagi berdiri kokoh diatas kegagahan ajaran dari kitab suci dan sunnah Nabinya.
Ada pula yang mendefinisikan Ghazwul Fikri sebagai sebuah istilah yang menunjukkan kepada sesuatu program yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur oleh musuh-musuh Islam untuk melakukan pendangkalan pemikiran dan cuci otak kepada kaum muslimin. Hal ini mereka lakukan agar kaum muslimin tunduk dan mengikuti cara hidup mereka sehingga melanggengkan kepentingan mereka untuk menjajah/mengeksploitasi sumber daya milik kaum muslimin [3].
Ghazwul Fikri adalah cara lain yang dilakukan para musuh Islam dalam usaha untuk melemahkan dan menghancurkan Islam setelah mereka (para musuh Islam itu) menyadari bahwa perang langsung secara fisik saja tak akan cukup untuk membuat mereka berada pada pihak pemenang. Ghazwul Fikri bukanlah hal yang terpisahkan dari perang yang dilakukan para musuh Islam terhadap Islam, justru Ghazwul Fikri merupakan pendukung dan senjata ampuh yang menjadi penguat bagi para musuh Islam dalam memerangi dan menghancurkan Islam. Ghazwul Fikri merupakan bagian dari strategi perang itu sendiri.
Maka sejatinya hingga saat ini pun kita sedang berperang, atau lebih tepatnya diperangi walau memang kita tidak mengalami serangan secara militer sebagaimana di Gaza dan tempat-tempat lainnya. Kita sedang diperangi dengan pemikiran, budaya, pendidikan dan hal-hal lain yang merupakan bagian dari Ghazwul Fikri. Maka sudah seyogyanya kita tak merasa aman apalagi sampai bersikap acuh dengan keadaan yang ada sekarang ini. Ingat perang sedang berlangsung dan masih akan terus berlangsung hingga kita dan umat Islam ini benar-benar sadar dan bangkit untuk melawan dengan segenap akal fikiran dan kekuatan kita, berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunah Rasulullah !.
Kapan munculnya Ghazwul Fikri ?
Jika kita merunut ke belakang, maka bisa dikatakan Ghazwul Fikri telah ada sejak pertama kali manusia diciptakan, yaitu Nabi Adam. Dan pelaku pertama Ghazwul Fikri ini adalah iblis laknatullah ‘alaik. Dalam al-Qur’an diceritakan bagaimana iblis meracuni pikiran Adam untuk berbuat durhaka kepada perintah Allah, sehingga Adam sampai lalai atas perintah Allah [4].
Tidak hanya sampai disitu, kisruh antara Habil dan Qabil –anak Nabi Adam- lantaran ketika mereka berqurban untuk Allah, hewan qurban Habil yang diterima oleh Allah, sedangkan hewan Qurban Qabil tidak, yang berujung pada sesuatu yang menyedihkan dan menjadi kejahatan menghilangkan nyawa manusia pertama dalam sejarah hidup manusia [5]. Sipakah yang menjadi biang keladi itu semua ?, tentu Iblis lah yang menghasut dan mendorong kedengkian serta kemarahan pada diri Qabil, sehingga Qabil dengan gelap mata menghabisi nyawa saudaranya sendiri.
Tentu jika kita melihat kisah-kisah yang dikabarkan dalam al-Qur’an, sebenarnya Ghazwul Fikri itu telah ada sejak zaman dahulu, dipraktekkan oleh mereka yang menghalangi dan menjadi penentang dakwah para Nabi dan Rasul Allah. Begitu pula ketika kita melihat zaman ketika Rasulullah masih hidup, telah ada juga praktek-praktek ghazwul fikri. Namun memang Ghazwul Fikri yang dimaksud pada zaman itu sedikit berbeda dengan Ghazwul Fikri yang akan kita bahas ini. Supaya memudahkan, saya menyebut Ghazwul Fikri zaman itu dengan Ghazwul Fikri klasik dan Ghazwul Fikri yang akan kita bahas ini dengan Ghazwul Fikri baru atau selanjtnya akan saya sebut "ghazwul fikri" saja. Sebab memang ghazwul fikri yang baru ini lebih canggih, sistematis, massif dan lebih mengerikan.
Yang masyhur kita dengar, bahwa Ghazwul Fikri itu muncul sebagai ide dan senjata untuk menghancurkan Islam ketika masa dimana Islam telah begitu subur menjalar dan menebarkan cahayanya diberbagai belahan dunia dan Islam sedikit pun tak mampu ditundukkan dengan konfrontasi fisik secara langsung (perang militer). Kondisi ini membuat mereka yang merasa tersaingi oleh Islam, takut kalau saja Islam kian membesar. Akhirnya mereka melakukan perang kepada Islam, perang inilah yang kemudian dikenal dengan perang salib. Perang salib adalah momok yang begitu memilukan bagi para musuh Islam, perang panjang yang berlangsung selama delapan priode itu membuat mereka gagal menaklukkan dunia Islam dan bahkan mereka kalah telak. Pasukan Muslim digempur dengan perang konvensional (perang militer), tetapi tetap saja pasukan muslim dan kekuasaannya tidak bergeming. Keadaan yang tidak menguntungkan bagi para musuh Islam itu, membuat mereka sadar dan mulai memikirkan apa sebabnya kaum muslimin tidak mampu ditaklukkan. Mereka sadar bahwa perang militer tidak akan bisa berbuat banyak bagi mereka dalam upaya menaklukkan dunia Islam. Dikabarkan dalam sejarah bahwa orang yang pertama kali menyadari pentingnya metode baru dalam menaklukkan Islam adalah Louis IX [6]. Setelah ia ditawan pasukan muslim pada perang salib ke VII, dimana dia mempelajari apa yang menjadi kekuatan pasukan muslimin. Dalam memoarnya Louis IX menuliskan: “setelah melalui perjalanan panjang, segalanya menjadi jelas bagi kita. Kehancuran kaum muslimin dengan jalan konvensional (perang fisik) adalah mustahil. Karena mereka memiliki manhaj yang jelas dan tegas diatas konsep jihad fii sabilillh. Dengan manhaj ini, mereka tidak pernah mengalami kekalahan militer.” Ia melanjutkan: “barat harus menempuh jalan lain (bukan militer). Yaitu jalan ideologi dengan mencabut akar manhaj dan mengosongkannya dari kekuatan, kenekatan dan keberanian. Caranya tidak alain adalah dengan menghancurkan konsep-konsep dasar Islam dengan berbagai takwil dan tasykik.”
Kemudian sama juga apa yang dikatakan William Evart Glastone [7]: “selama al-Qur’an ini masih ada, Eropa tidak akan sanggup menguasai wilayah timur, bahkan Eropa sendiri tidak akan tenteram...”. Kunci kemenangan Islam juga disadari oleh Thomas Edward Lawrence (1888-1935), seorang perwira dan penulis dari Inggris, sebagaimana apa yang dikatakannya, bahwa: “bahaya yang sebenarnya tersembunyi dalam Sistem Islam, (adalah) kemampuannya untuk menyebar dan vitalitasnya. Hal ini merupakan tembok penghalang satu-satunya bagi penjajahan Eropa...bila umat Islam bersatu dibawah satu pemerintahan, mereka bisa menjadi malapetaka bagi dunia!”.
Ketakutan yang luar biasa terhadap Islam, membuat mereka memutar otak untuk mencari akar kekuatan umat Islam, dan akhirnya usaha itu tak sia-sia. Mereka berhasil mengetahui rahasia kekuatan Islam, hal ini karna ambisi untuk menguasai dan menaklukkan Islam telah mendarah syaraf dalam diri mereka. Allah telah mengingatkan kita dalam penggalan ayat-Nya: “...Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup...” (QS. Al-Baqarah: 217).
Berbagai cara dan tipu muslihat digelar oleh mereka, hanya satu ambisi mereka, menghancurkan Islam!. “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (QS. Al-Baqarah: 120).
Sama halnya dengan kegelisahan yang dialami oleh orang-orang seperti Lois IX, Glaston dan yang lainnya. Samuel Matinus Zwemmer, seorang yahudi yang telah masuk kristen dan menjadi misionaris sekaligus supervisor dan penanggung jawab masalah kristenisasi. Dia berkata dalam sebuah konferensi untuk mengevaluasi berbagai usaha yang telah dilakukan para misionaris di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara ketika itu, bahwa: “Tujuan kita bukan mengkristenkan umat Islam, target kita adalah menjauhkan kaum muslimin dari Islam. Ini yang harus kita capai walaupun mereka tidak bergabung dengan kita.”
Mulailah para musuh Islam itu tampil dengan “senjata” baru, penyerangan yang rapih dan cantik dimainkan dengan telaten. Pengkajian dan pengajaran ilmu-ilmu agama mulai dirasuki paham-paham kotor orientalis, terjadilah orientalisasi terhadap ajaran Islam. Kristenisasi mulai menemukan ritme gerakannya, dan upaya pecah belah kesatuan umat Islam mulai digalakkan dengan rapih. Banyak negeri-negeri yang semula berada dibawah Kekhalifahan Turki Utsmani -yang merupakan kekhalifahan terakhir umat Islam- akhirnya memilih memisahkan diri. Paham nasionalisme yang menjebak itu akhirnya benar-benar ampuh memecah belah kekuatan Islam; fanatik golongan, adat, etnis, suku, bahasa dan daerah adalah ciri khas dari nasionalisme ini. Perintah Allah untuk bersatu dalam satu kekuatan Islam tak lagi dihiraukan, umat Islam tergiur untuk bersatu dalam ikatan selain karna Islam.
Paham sekulerisme –yang merupakan karya tangan barat- juga mengambil bagian penting dari pengahancuran kekuatan Islam. Agama dan negara adalah dua hal yang tidak boleh bersatu, keduanya memiliki dunianya masing-masing. Negara dikelolah berdasarkan akal manusia saja, hawa nafsu menjadi dewa yang mendikte proses pengelolaan negara. Ilmu pengetahuan umum dipisahklan dari agama, anak-anak muda Islam tampil dengan kekeroposan agama walau mereka pandai ilmu umum. Inilah yang tejadi pada fase-fase keruntuhan Kekhalifahan Turki Utsmani [8].
Kekeroposan internal umat Islam di tambah serangan dari eksternal, membuat Kekhalifahan Turki Utsmani akhirnya harus mengalami kekalahan yang memilukan, kemerosotan di dalam tubuh umat Islam tak lagi terbendung, luka sudah terlanjur membesar, bernanah dan membuat lumpuh kekuatan Islam. Islam yang berabad-abad lamanya menjadi sebuah kekuatan tak tertandingi, kejayaannya membuat siapa saja yang memandangnya akan begitu terkagum-kagum, akhirnya harus rela menanggalkan kejayaannya dan berganti dengan keruntuhannya. Kekhalifahan Turki Utsmani akhirnya harus hilang dari muka bumi.
Pasca keruntuhan Kekhalifahan Turki Utsmani dan hilangnya kekuatan Islam, terjadilah perubahan besar dalam politik, sosial dan moral umat Islam. Orientalisme, kristenisasi, ateisme, nasionalisme dan pembaratan adalah perangkat-perangkat perusakan besar-besaran itu. Mereka menjadikan pendidikan, pers dan undang-undang sebagai sarana untuk memerangi kita habis-habisan hingga saat ini, dan masih terus berlanjut serta akan terus berlanjut, entah kapan akan berhenti [9]. Maka sadar dan berbenah lalu melawan adalah sikap yang harus kita ambil untuk menghancurkan serangan itu.
Apa saja sarana Ghazwul Fikri ?
Ada banyak sekali sarana yang dipakai oleh musuh-musuh Islam untuk melakukan Ghazwul Fikri, mereka melakukan cara apa saja asalkan Islam hancur. Mereka adalah kawan-kawan Iblis/syaitan, karna tujuannya sama kepada Islam. Allah menggambarkan dalam al-Qur’an tentang bagaimana Iblis menggunakan berbagai cara untuk memerangi manusia: “Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka [10].” (QS. Al-Israa: 64).
Pendidikan adalah salah satu sarana yang mereka pakai dalam melemahkan Islam, mulai dari sistem pendidikan sampai dengan kurikulum yang mereka buat atau mereka susupi dengan kepentingan mereka. Memang muncul orang-orang hebat, namun kehebatannya hanya ada di kepala, sedangkan dalam prilakunya kepada agama dan Tuhannya, tidak lain mereka adalah para bedebah-bedebah tengik yang durhaka pada Tunannya. Melalui pendidikan ini, para musuh Islam itu menyusupi paham-paham yang menyesatkan, ditambah sistem pendidikan yang memang jauh dari kata ideal dan yang semestinya menurut Islam. Seorang pastor Takly pernah berkata: “Kita harus mendorong pembangunan sekolah-sekolah ala Barat yang sekuler. Karena ternyata banyak orang Islam yang goyah aqidahnya dengan Islam dan Al Qur’an setelah mempelajari buku-buku pelajaran Barat dan belajar bahasa asing”.
Tidak jarang beasiswa pendidikan juga mereka berikan kepada negara-negara Muslim, anak-anak muda Islam disekolahkan ditempat sekolah-sekolah mereka. Setelah itu, mereka dikader dan mengalami pencucian otak yang hebat, mereka dikondisikan sedemikian rupa sampai aqidah dan akhlaknya benar-benar ternodai. Akhirnya setelah kembali ke tanah airnya masing-masing, mereka menjadi tercerabut dari akar budaya dan keislamannya, mereka menjadi begitu permisif dengan batas-batas syar’i. Bahkan dengan sombongnya mereka berani mengotak atik ajaran Islam, membuat umat ragu dan bimbang terhadap ajarannya sendiri. Muncullah berbagai pemikiran-pemikiran aneh tentang ajaran Islam. Yang telah jelas dibuat meragukan, sulit untuk memetakkan mana yang haq dan mana yang batil. Mereka yang nampak sebagai pemikir dan cedikiawan Islam justru tampil dengan pikirian-pikirian nyeleneh hasil karya tangan orientalisme. Mereka menjadi perusak agama mereka sendiri, dan umat dibuat rusak cara fikirnya.
Cara berfikir umat Islam benar-benar dicuci dan digiring kepada cara berfikir barat yang tidak sedikit justru menabrak aturan-aturan Islam yang suci lagi lurus. Mereka –orang-orang Islam yang telah didoktrin dan disetting oleh musuh-musuh Islam- menganggap bahwa adalah sebuah keniscayaan kita harus belajar dan mengadopsi budaya dan cara fikir barat, kemunduran kita adalah karna kita tidak pernah keluar dari lingkaran cara fikir kita sendiri (cara fikir Islam). Padahal ketika cara berfikir telah dirubah, maka semua akan ikut berubah, umat Islam mengalami brainwashing yang hebat. Padahal Islam mengajarkan cara berfikir yang benar, bukankah Rasulullah diutus untuk merubah paradigma (cara berfikir) masyarakat manusia yang jahiliah, kepada paradigma yang benar ?.
Akhirnya mereka bersama musuh-musuh Islam menjadi pelopor ghazwur fikri itu, isme-isme seperti sekularisme dan nasionalisme dihujamkan dalam pikiran umat Islam. Kehancuran tidak terperikan itupun tidak bisa terelakkan, hingga saat ini umat Islam benar-benar masih dijajah dengan faham-faham itu. Belum lagi perubahan politik dan sosila yang tak kalah memprihatinkan, mereka menanamkan pengaruh mereka dalam perpolitikan umat muslim/negara-negara muslim, mereka melakukan sekularisasi dalam politik, memisahkan agama dan politik. Bahkan yang menyedihkan lagi adalah mereka mendesain dan mempropagandakan bahwa politik Islam itu adalah politik kejam, ekstrim, dan kolot, mereka menciptakan ketakutan dalam tubuh umat terhadap sistem politik Islam. Dalam kehidupan sosial, para musuh Islam dan antek-anteknya itu melakukan perusakan dalam tatanan kehidupan bersosial umat Islam, mulai dari skup terkecil, yaitu rumah tangga, kemudian, desa/kumpulan beberapa rumah tangga (sekup kedua setelah rumah tangga), kemudian berlanjut dengan sistematis pada skup-skup berikutnya. Mereka merusak tatanan sosial masyarakat Islam, dengan merobohkan seluruh piranti penopangnya.
Selain lewat sarana pendidikan, mereka juga memerangi kita melalui media masa, mereka mengendalikan isu, opini, berita, wacana dan lain-lainnya untuk mengecoh umat islam, merusak umat Islam dan membuat kita tak berkutik. Mereka berusaha untuk menguasai media masa lokal maupun internasional. Media lainnya adalah dunia hiburan, dunia olah raga, gaya hidup, politik, ekonomi dan masih banyak lainnya. Mereka mengelolah semua itu dengan manisnya, bahkan sering tanpa kita sadari kita telah menjadi korban serangan-serangan mereka. Umat Islam kian lemah dan keropos akibat serangan-serangan itu.
Apa bahaya Ghazwul Fikri ?
Ghazwul Fikri memang tidak menjadikan korbanya terluka apalagi sampai terbunuh. Namun ghazwul fikri sesungguhnya jauh lebih berbahaya daripada perang secara fisik. Dalam perang secara fisik, kerusakan pada umumnya adalah kerusakan materi, akan tetapi ghazwul fikri menyebabkan kerusakan mentalitas, cara fikir, dan jiwa. Korbannya menjadi tertipu dengan akal muslihat musuhnya, umat Islam dikecohkan dengan kelihaian para musuh Islam dalam perang pemikiran ini. Kita menjadi tidak bisa menentukan mana musuh kita sendiri dan mana bukan musuh, akhirnya kita gagal dalam berperang. Kita justru terkadang lebih loyal dan toleran terhadap musuh kita ketimbang saudara sesama muslim. Buktinya telah begitu jelas terpampang di depan mata kita. Cukuplah kasus perang di palestina, syuria dan yang lainnya itu menjadi cambuk bagi kita yang telah menutup mata, acuh dan menganggap itu adalah urusan politik mereka yang sama sekali bukan urusan kita.
Kita menjadi lebih cenderung kepada orang-orang kafir, kita menganggap mereka lebih manusiawi dari umat Islam sendiri. Kita menganggap mereka lebih tahu hak asasi dan lebih toleran daripada Islam, kemudian kita menjadikan mereka teman baik kita. Padahal telah dengan tegas Allah peringatkan kepada kita: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” (QS.Al-Imran: 118).
Bahaya yang lainnya adalah menjadi taat kepada musuh-musuh Islam [11], kita ikuti apa yang mereka inginkan, kita ikuti tatacara hidup mereka, menyerupai perilaku dan penampilan mereka dan pada akhirnya kita memberikan loyalitas kita kepada mereka. Sehingga yang memerangi umat ini, yang memerangi agama ini bukan hanya orang nasrani, yahudi, dan lainnya. Tetapi justru mereka yang telah bersyahadat, saudara se-Islam sendiri, nauzubillah. Bayangkan apalah jadinya umat ini, apa jadinya agama ini jika hal itu terjadi. Maka jangan lagi pernah berfikir Islam akan bangkit, jangan pernah berfikir Islam akan berjaya kembali, jika kita masih menjadi korban dan budak para musuh Islam.
Akhlak kita dirusak sedemikian rupa, sehingga nampak tak lagi seperti orang Islam yang seharusnya. Perilaku kita justru bukan membantu menjayakan Islam, malah kita yang menjadi duri dan penghalang dakwah Islam. Cara fikir kita pun rusak tak terarah, kita adopsi mentah-mentah cara fikir para musuh Islam. Menjadilah kita tidak mandiri dalam berfikir dan tidak bertindak secara Islam, kita merasa perlu untuk copy paste cara berfikir para musuh Islam. Bisakah anda bayangkan jika kita berislam dengan cara fikir musuh Islam ?, kita tetap mengaku beragama Islam tetapi isi kepala kita tidak lagi mencerminkan Islam, maka betapa kacau balaunya hal itu. Ingat ! inilah yang telah terjadi pada Kekhalifahan Turki Utsmani, tidakkah kita mengambil pelajaran?. Ketika cara fikir kita telah rancu, maka akhirnya larutlah kepribadian kita pada kekhufuran pada Allah, yang pada klimaksnya rusaklah aqidah kita. “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.” (QS. Ali-Imran: 149).
Bagaimana sikap kita sebagai kader KAMMI ?
KAMMI adalah sebuah gerakan yang senantiasa berada pada garda terdepan dalam melawan segala bentuk perusakan pada Islam. Sebagai Harokatul ‘amal (gerakan amal), KAMMI senantiasa melakukan kerja-kerja dakwah untuk melawan arus ghawul fikri. Dan hal pertama yang dilakukan oleh KAMMI adalah memperbaiki kepribadian kader-kadernya, karna KAMMI tahu bahwa benteng utama yang harus kita jaga adalah pribadi-pribadi kita sendiri, jika pribadi kita telah baik secara Islam, maka bukan mustahil ghazwul fikri tidak akan sanggup menjadikan kita sebagai korbannya. Semangat ini tertuang dalam karakter pergerakan KAMMI yang pertama sebelum harokatul ‘mal, yaitu harikatut tajnid (gerakan kader).
Ghazwul fikri adalah senjata yang benar-benar telah memporak-porandakan Islam, tetapi tugas kita bukanlah lari dari senjata itu, karna sejauh apapun kita berlari dia akan selalu mengikuti kita. Maka tugas kita adalah membuat senjata itu tidak berfungsi atau kita mentahkan sama sekali. Yaitu dengan melawan senjata itu sendiri, kita perbaiki diri kita, lalu kita dakwahkan Islam dengan sebenar-benarnya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Kita didik umat ini dengan ucapan kita, dengan perilaku kita dan cara pikir kita yang baik. Apalagi KAMMI sebagai sebuah organisasi, maka tugas kita adalah mendidik masyarakat [12] dan mendorong tercapainya kehidupan yang Islami tanpa ada embel-embel ghazwul fikri.
Sebagai kader KAMMI, kita harus memiliki konsep yang baik dalam berfikir. Karna semua berawal dari berfikir/cara fikir itu, jika cara fikir kita baik maka kita tentu dapat menentukan sikap dengan baik pula. Maka kita harus rubah dan sesuaikan cara pikir kita dengan cara pikir Islam, semangat ini tertuang dalam unsur pergerakan KAMMI yang ke tiga; bina’ al-qo’idah al-fikriyah. Ingat bahwa, para musuh Islam itu, mereka dapat menghancurkan orang lain dengan serangan non-militer mereka, tetapi mereka tak bisa menghancurkan semua orang. Kita sebagai kader KAMMI harus tampil sebagai orang-orang yang tak terhancurkan itu, untuk menjadi benteng dan pasukan yang akan berjuang demi tegaknya Islam.
Prinsip gerakan KAMMI sudah seharusnya pula menjadi prinsip kita secara pribadi dalam hidup, menjadikan al-Qur’an dan sunah nabi sebagai pusaka utama kita, Islam adalah objek perjuangan kita dan obat yang kita tawarkan pada manusia, yang haq adalah kawan dan barang yang kita pertahankan, batil adalah barang haram yang harus kita enyahkan dan menjadikan jama’ah sebagai barisan perjuangan kita. Kader KAMMI tidak boleh latah dengan gaya berfikir dan gaya hidup para musuh Islam, kita harus tampil mandiri dengan menunjukkan pada mereka bahwa inilah kita, kita adalah anak-anak muda Muslim yang bangga dengan kemuslimannya, dan kitalah yang akan maju untuk melawan segala bentuk perusakan yang mereka lakukan. Kita harus kebal dengan bujuk rayu para musuh Islam, dan menjadi ranjau-ranjau bagi mereka yang hendak menghancurkan Islam.
Terakhir adalah kita harus peka terhadap siapa yang menjadi musuh Islam, itulah yang harus kita musuhi. Jangan sampai kita kabur mata dan serampangan menunjukkan tangan pada orang yang bukan musuh lalu kita anggap sebagai musuh, sedangkan yang jelas-jelas musuh Islam justru kita berteman baik dan bersikap loyal kepada mereka. KAMMI tegas mengatakan dalam prinsip gerakannya bahwa, “kebatilan adalah musuh abadi KAMMI”. Apapun usaha untuk menghancurkan Islam, mengotori ajaran Islam, dan memadamkan cahayanya adalah menjadi musuh KAMMI, termasuk siapa yang memperjuangkan kebatilan itu sendiri. Musuh Islam adalah musuh KAMMI dan musuh KAMMI adalah musuh setiap kader-kadernya. Kebatilan itu adalah orang yahudi dan nasrani [13], orang-orang musyrik [14], dan orang-orang munafik [15]. Mereka itulah yang berusaha merusak dan memerangi Islam, dengan segala daya upaya mereka lakukan untuk kehancuran Islam. “Dan tiada henti-hentinya mereka selalu memerangi kalian sehingga kalian murtad dari agama kalian, jika mereka mampu….” (Al Baqarah : 217).
Wallahu a'lam
Wallahu a'lam
-----------------------------
[1]
QS.At-Taubah:32-33
[2]
Penyerangan pemikiran ini bisa melalui media seperti: pendidikan, budaya, media
masa, dunia maya, ide-ide atau gagasan, teori-teori, serta hal-hal lain yang
lebih halus sebagai pengganti konfrontasi langsung secara fisik. Hal ini akan
kita bahas pada bagian berikutnya.
[3]
Dapat dilihat disebuah artikel yang
berjudul Ghazwul Fikri di: http://dianerzteinstein.blogspot.com/
[4]
Hal ini dapat kita lihat dalam ayat-ayat seperti: “Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat
kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu
pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?. Maka
keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di)
surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia” (QS.Thaahaa: 120-121)
[5]
Cerita tentang ini dapat kita lihat dalam QS. Al-Maidah: 27-31
[6]
Louis IX (lahir di poissy, perancis, 25 april 1214 – meninggal di Tunis, Tunisia 25 Agustus 1270 pada umur 56 tahun), sering pula disebut
dengan nama Santo Louis, adalah seorang Raja Perancis sejak 1226 hingga kematiannya. Ia juga
menyandang gelar Louis II, Adipati Artois, antara 1226-1237. Ia lahir di Possy tidak jauh dari Paris, sebagai anak dari Louis VIII dan Blanche dari kastilia. Ia adalah cucu buyut keturunan
ketujuh dari Hugues Capet, sehingga termasuk dalam Wangsa Capet. Pada masa pemerintahannya,
Louis IX bekerjasama dengan Parlemen Paris untuk meningkatkan profesionalisme
dalam penegakan hukum.
Louis IX dua kali terlibat dalam Perang Salib pertama tahun 1248 (perang salib ke tujuh) dan kedua tahun 1270 (perang salib ke delapan). Ia meninggal di Tunisia karena sakit pada 25 Agustus 1270 saat sedang
menjalani perang salib keduanya, dan tahtanya diteruskan oleh putranya Philippe III. Louis IX adalah satu-satunya raja Perancis
yang diangkat menjadi santo, sehingga terdapat banyak tempat yang
dinamai menurut namanya, diantaranya yang paling terkenal ialah St. Louis di Missouri, Amerika Serikat, ,Sao Luis Ho Maranhao di Brazil, serta Negara Bagian dan kota San Louis Potosi di Meksiko.
[7]
Perdana Menteri Inggris tahun 1809-1898 dan salah seorang pendiri koloni inggris
di Timur Tengah
[8]
Saya sarankan kepada anda untuk membaca sejarah detik-detik keruntuhan Turki
Utsmani ini dalam sebuah novel yang indah dan penuh hikmah, berjudul “Api
Tauhid” karya Novelis No. 1 Indonesia, Ust. Habiburrahman El Shirazy
[9]
Mengenai sarana ghawul fikri ini akan kita bahas pada bagian berikutnya
[10] Maksud ayat ini ialah Allah
memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan segala
kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak akan
mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman
[11]
Allah telah jelaskan ini dalam ayat-Nya: “Yang demikian itu karena sesungguhnya
mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada
apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): "Kami akan mematuhi kamu
dalam beberapa urusan", sedang Allah mengetahui rahasia mereka.” (QS.
Muhammad: 26)
[12] Pak pramoedya pernah berpesan bahwa, didiklah
penguasa dengan perlawanan dan didiklah masyarakat dengan organisasi
[13]
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan
mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu”. (QS.Al-Baqoroh:120)
[14]
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap
orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.”
(QS. Al-maidah:82)
[15]
“Apabila orang-orang munafiq datang kepadamu, mereka
berkata: ‘Kami mengakui, bahwa kamu benar-benar Rasulullah’. Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya’, dan Allah mengetahui
bahwa sesungguhnya orang-orang munafiq itu benar-benar orang pendusta” (Al
Munafiqun: 1).
“Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang yang ma’ruf dan menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itulah orang-orang yang fasik” (At Taubah: 67).
“Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang yang ma’ruf dan menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itulah orang-orang yang fasik” (At Taubah: 67).
Rekomendasi buku:
Api Sejarah 1, penulis Ahmad Mansur Suryanegara
Al-Ghazwu Al-Fikri dalam Sorotan Islam, penulis Daud Rasyid, MA
Metode Merusak Ahlak dari Barat, penulis Prof. Abdul Rahman H. Habanakah
Pengantar Memahami Al-Ghazwu Al-Fikri, Abu Ridha
Membangun Kekuatan Islam di Tengah Perselisihan Umat, penulis Lembaga Studi dan Penellitian Islam Pakistan.
0 Response to "GHAZWUL FIKRI"
Posting Komentar