-->

Refleksi Perjalanan Konversi UIN Sunan Kalijaga

                                                                 
                                                                 Oleh: Ina Karlina
                                (Aktifis dakwah kampus, kader KAMMII UIN Sunan Kalijaga)
Kebutuhan manusia akan aspek pendidikan sangatlah tinggi, hal ini sebagai modal dalam meningkatkan SDA (Sumber Daya Manusia) dalam proses menuju pembangunan bangsa dan negara yang berkualitas dan bisa melakukan mobilisasi menghadapi tuntutan zaman di tengah pekatnya naungan modernisasi dan globalisasi yang dituntut untuk bisa bersaing dengan negara-negara lain untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyatnya. Suatu permasalahan yang cukup serius adalah Indonesia mempunyai nilai IDH (Index Development Human) mendapat urutan ke 112 dari 117 negara, hal ini menandakan bahwa peningkatan kualitas manusia harus tetap ditingkatkan untuk menjawab perkembangan zaman salah satunya yaitu melalui peningkatan kualitas pendidikan.
Perguruan tinggi merupakan tempat belajar untuk tingkatan tertinggi, dimana dibagi lagi dalam tiga strata, strata 1, strata 2, dan strata 3, dimulai dari Sarjana, Magister, sampai kepada tingkat disiplin ilmu dan spesialisasi doktor dalam bidangnya masing-masing. Di Indonesia Perguruan tinggi dinaungi oleh Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) yang merupakan naungan dari universitas-universitas umum, dan ada pula dalam naungan Depag (Departemen Agama) yang di dalam  pengajaran dan sistemnya memakai metode islam dan lebih memasukan ilmu-ilmu keislaman secara lebih produktif dan optimal, selain itu ada pula yang berdiri secara independen atau sendiri dalam pengertian lain Perguruan Tinggi Swasta yang tidak berada dalam naungan pemerintah.
Dalam hal ini yang akan ditelisik lebih jauh tentang Perguruan Tinggi yang berada dibawah naungan Depag, ditengah menderunya arus globalisasi dan modernisasi di segala bidang-bidang kehidupan termasuk bidang pendidikan, maka Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri harus tetap berusaha sebaik mungkin untuk bisa bersaing global di kancah nasional ataupun internasional guna menghasilkan lulusanlulusan yang berkualitas. Prinsip keterpaduan akal dan wahyu, ilmu dan agama merupakan genuine berdiri pendidikan islam yang memberikan ruang dan penghargaan tinggi terhadap pendidikan rasional dan spiritual. Sifat islam yang menyeluruh dan menampung semua aspek kehidupan, maka sifatnya yang integral itu akan memberikan ruang yang luas untuk pendidikan islam untuk bisa berkembang dengan baik.
Pada awal abad ke-20 Indonesia telah dimasuki ide-ide pembaharuan pemikira islam, sekaligus ide-ide itu juga memasuki dunia pendidikan dari pembaharuan, karena itulah muncul upaya-upaya pembaharuan dalam bidang materi dan metode. Bidang materi tidak hanya semata-mata bidang agama tetapi memberikan ruang dan tempat terhadap pendidikan umum, yang memang ada keterpaduannya sehingga tidak mengalami stagansi dalam hal pembaharuan.
Empat puluh delapan tahun yang lalu, tepatnya tanggal 26 September 1951, K.H.A. Wahid Hasyim yang pada waktu itu memangku jabatan sebagai Menteri Agama meresmikan berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di Yogyakarta, IAIN merupakan cikal bakal dari IAIN, Dalam pidatonya ia menggambarkan visi misi PTAIN kedalam empat rumusan yang pertama PTAIN diharapkan dapat berfungsi atau merupakan langkah bagi akademisi dalam bidang ilmu keislaman untuk menambah tenaga kehidupan umat islam yang masih sangat lemah dan dengan tambahan tenaga kehidupan tersebut umat islam akan mampu bekerja dengan cepat dan tepat membangun kelompoknya menjadi umat yang maju dan kuat. Kedua, PTAIN diharapkan dapat berkembang sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mampu mencegah umat islam indonesia, yang jumlahnya begitu besar agar tidak terbelah kedalam dua golongan “mutihan” dan golongan “ngabangan” seperti pada zaman penjajahan Belanda.  PTAIN diharapkan dapat mengembangkan ilmu keislaman yang dapat melepaskan ilmu pengetahuan dari kungkungan perasaan keagamaan yang sempit dan bebas dari pertimbangan-pertimbangan politik. Keempat, PTAIN diharapkan mampu mengembangkan ilmu keislaman yang mampu memperkuat kedudukan ilmu pengetahuan.
IAIN merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Karena itu, IAIN secara keseluruhan juga tidak bisa mengisolasi diri dari perubahan-perubahan paradigma, konsep, visi dan orientasi baru pengembangan pendidikan tinggi/Perguruan Tinggi Nasional, dan bahkan internasional, seperti dirumuskan dalam Deklarasi UNESCO tentang Perguruan Tinggi pada 1998. Pengembangan IAIN, dengan demikian harus dilihat dalam konteks perubahan-perubahan yang terjadi begitu cepat, tetapi pengembangan tersebut harus mempertimbangkan perubahan dan transisi sosial, ekonomi dan politik nasional dan global. Diharapkan kedepannya IAIN bukan dianggap sebagai survive, tetapi lebih-lebih lagi unutk mengembangkan dirinya menjadi perguruan tinggi yang dapat memberikan Competitive advantage kepada siswanya.
Dilihat dari perspektif perkembangan nasional dan global yang disinggung sedikit di atas, namun tidak perlu diuraikan sebagai rinci, maka konsep “paradigma baru” bagi perguruan tinggi di Indonesia merupakan sebuah keharusan. Sebagaimana dikemukakan dalam “Word Declaration on Higher Education for the Twenty-Frst Century : Vision and Action dalam dunia yang tengah berubah sangat cepat, terdapat kebutuhan mendesak bagi adanya visi dan paradigma baru perguruan tinggi. Paradigma itu mau tidak mau melibatkan reformasi besar yang mencakup perubahan kebijakan yang lebih terbuka, transparan dan akuntabel.
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu IAIN yang berusaha mengubah institusinya dari IAIN menjadi UIN. Perubahan ke UIN setidaknya dilatari dua pertimbangan utama, yaitu pertimbangan historis dan strategis. Secara historis IAIN Sunan Kalijaga merupakan IAIN tertua yang telah menghasilkan tokoh terkemuka dan pejabat. Sisi strategis perubahan IAIN ke UIN berangkat dari pemikiran bahwa IAIN harus berkembang, sehingga penekanan atas perubahan itu sebenarnya ada pada proses pengembangannya. Perubahan ini  diikuti dengan pengembangan beberapa fakultas yang bukan sekedar menyandingkan ilmu-ilmu umum dengan keagamaan namun perlu untuk memberikan corak epistomoogis keilmuan dan etika moral keagmaan yang integralistik sebagai landasan akademik.
Sejak dilayangkannya Keppres No. 50 tahun 2004, dimulai dari tahun ajaran 2004-2005 IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berubah menjadi UIN. Perubahan ini pada dasarnya meyangkut perubahan dan penambahan fakultas dan jurusan/program studi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Gagasan pengembangan IAIN menjadi UIN ini bertitik tolak dari keinginan untuk merespon kebutuhan masyarakat dan tuntutan dunia kerja akan sebuah lembaga perguruan tinggi yang dapat mengintegrasikan ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama, sehingga mampu menghasilkan kader pemimpin bangsa yang intelektual, profesional, dan bermoral. Keniscayaan pengembangan lembaga ini didukung oleh adanya kompetisi yang semakin meningkat antar Perguruan Tinggi, baik lokal, nasional maupun internasional.
Dalam rangka perubahan tersebut, berbagai upaya dan persiapan telah dilakukan sekita lima tahun sebelumnya. Untuk mengemban tugas berat ini, rektor telah membentuk pokja akademik yang secara khusus bertugas menyiapkan bangunan akademik UIN Sunan Kalijaga, dan Project Management Unit (PMU) yang secara khusus menyiapkan master plan pengembangan fisik dan realisasi proyek IDB. Proyek ini dimaksud sebagai momentum perubahan ke arah masa depan UIN Sunan Kalijaga yang lebih baik, yang pada akhirnya dapat melahirkan sarjana yang memiliki kualifikasi akademik dan moral yang kokoh dan bermanfaat. Selain itu penambahan Fakultas Sains dan Teknologi yang mengacu kepada keilmuan umum sebagai penopang dari ilmu-ilmu keislaman.
Prestasi-prestasi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga layak untuk diacungi jempol dan cukup membanggakan. Prestasi yang pernah diraih misalnya dari Fakultas Sains dan Teknologi seperti Peserta Simposium Internasional HIV Medicine ke 16 di Bangkok pada Januari 2013 oleh Ingga Yonico Martatino, selain itu dari Fakultas dakwah dan Komunikasi Juara 1 lomba presenter TV One Juni 2013 diraih oleh Arni Yuniarti, Kemudian dari fakultas syariah dan hukum Juara 3 dalam lomba olimpiade Sharia Economic Championship se Indonesia the 12 th Sharia Economic Championship di UI 2013 diraih oleh  diraih oleh Khotibul Umam, Rahmad Kadry dan Rizqi Umar Al-Hashfi, Ilmu tarbiyah dan keguruan medali perunggu Kejurda karate inkai Kata perorangan putri 2013 diraih oleh Rinda Maya Safitri, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Juara 1 analisis kedalaman isi berita (Penghargaan Ekpresi Award) dari UNY pada April 2013 oleh Taufiqurrahman.
Sekilas prestasi-prestasi yang diraih tersebut bukanlah prestasi yang mudah untuk diraih, apalagi bersaing di ranah nasional bahkan internasional hal itu setidaknya akan menjadi cambukan untuk bisa menjadikan UIN Sunan Kalijaga menjadi lebih baik dan berkualitas. Tantangan negara ini yang semakin berat kedepannya membutuhkan kerja yang optimal dan kompeten. Walaupun saat-saat ini UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta belum sepenuhnya sempurna. Perjalanan konversi merupakan sebah tantangan kedepan untuk melihat masa depan akademik UIN Sunan Kalijaga yang cerah dan kondusif, kampus sebagai wahana dan media bagi para civitas akademika untuk bisa mengembangkan bakat dan minatnya secara optimal selain menuntut ilmu sebagai prioritas utamanya.












Referensi
Azyumardi Azra. 2000. IAIN di Tengah Paradigma Baru Perguruan Tinggi. Dalam Antologi Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama RI: Jakarta.
Fuad Jabali., Jamhari. 2002. IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia. Logos Wacana Ilmu: Jakarta.
Haidar Putra Dailay. 2009. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Kencana : Jakarta.
Mulyadi Kartanegara. 2005. Integrasi Ilmu : Sebuah Rekonstruksi Holistik. Mizan Pustaka : Bandung.
Suryadilaga, M A., Fachruddin Faiz. 2004. Profil IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1951-2004. SUKA Press : Yogyakarta
Haidar, D., Yasir, N., Yakub M. 1998. Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi. IAIN Sumatera Utara bekerja sama dengan Tiara Wacna Yogya: Yogyakarta.





1 Response to "Refleksi Perjalanan Konversi UIN Sunan Kalijaga "

  1. Wow ... there was my name there and find a incorrect information .. but Thanks

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel